HALO SRAGEN – Pada masa pemerintahan Presiden Prabowo saat ini, salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah daerah (Pemda) adalah berkurangnya Dana Transfer ke Daerah (TKD).
Tantangan serupa juga dihadapi Pemkab Sragen, yang mengalami pemotongan TKD sekitar Rp270 miliar.
Hal itu disampaikan Bupati Sragen, Sigit Pamungkas dalam acara panen raya di area persawahan di Dukuh Munggur, Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, Rabu (24/9/2025).
Menurut Bupati, pemotongan itu memaksa Pemda harus melakukan prioritas pembangunan dan gerakan mengencangkan ikat pinggang.
“Efeknya tentu kita harus menentukan prioritas kembali. Program yang paling strategis akan kita dahulukan. Administrasi pemerintahan yang tidak berdampak signifikan akan kita tunda. Ini bagian dari efisiensi, gerakan mengencangkan ikat pinggang,” kata dia, seperti dirilis sragenkab.go.id.
Menanggapi aspirasi soal insentif kelompok tani, Bupati menjelaskan bahwa pemerintah daerah telah menyiapkan dukungan anggaran.
Ia menegaskan bahwa perhitungan serta simulasi telah dilakukan agar insentif dapat tersalurkan dengan tepat sasaran.
“Insentif itu sudah dianggarkan. Kita sudah menghitung dan mensimulasikan. Begitu ada perubahan anggaran dari pusat, kita lihat kembali. KTNA mendapat Rp100 ribu per bulan, Gapoktan Rp208 ribu, dan Poktan ada 1.312 kelompok. Kami menerima usulan dari petani dan memformulasikannya,” terang Bupati.
Sementara itu, acara panen raya perdana lahan irigasi Daerah Irigasi (DI) Gemolong berlangsung meriah.
Usai panen dilaksanakan pula rembug tani di tepi sawah. Dalam suasana santai, para petani leluasa menyampaikan persoalan seputar pupuk, hama, hingga irigasi, dan langsung mendapat jawaban serta solusi dari pemerintah.
Bupati Sigit menyampaikan bahwa kegiatan ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Tani Nasional, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas keberpihakan pemerintah terhadap kesejahteraan petani.
“Ini bagian dari memperingati Hari Tani. Forkopimda bersama-sama petani merasakan perjuangan mereka sekaligus mensyukuri kemakmuran. Pemerintah kini sudah memperhatikan dari pupuk yang mudah didapat, harga gabah yang bagus, sehingga petani bisa lebih sejahtera. Ini menjadi hal yang harus kita syukuri bersama,” kata Bupati.
Dalam momen Hari Tani ini juga Bupati mengapresiasi para petani yang telah menjadi garda terdepan dalam menjaga ketersediaan pangan.
Ia menegaskan bahwa petani memiliki peran strategis, tidak hanya bagi Sragen, tetapi juga bagi ketahanan pangan nasional.
“Petani Sragen ini menyumbang nomor 7 lumbung nasional, nomor 3 se-Jawa Tengah. Saya juga anak petani, walau orang tua saya dulu hanya menggarap lahan. Jangan putus asa, yakinlah kerja keras kita akan dibalas dengan keberhasilan. Petani itu suatu saat akan menentukan tidak hanya pergerakan masyarakat, tapi juga masa depan Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.
Ia juga menyambut baik kebijakan Pemerintah Pusat yang menetapkan harga gabah minimal Rp6.500 per kilogram.
“Pak Presiden memberi perhatian besar pada petani. Harga gabah sekarang bahkan bisa Rp7.200 – Rp7.300. Pupuk pun semakin mudah didapat. Semoga ke depan semakin baik,” tambahnya.
Sebagai catatan, Daerah Irigasi (DI) Gemolong merupakan hulu dari Waduk Gebyar Sambirejo.
Talang air ini berperan penting mengairi 70 hektare sawah di Desa Tunggul, Kecamatan Gondang, serta 35 hektare sawah di Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo, dengan total 105 hektare.
Bangun Talang
Sementara Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, yang juga warga Desa Tunggul, menjelaskan bahwa Daerah Irigasi Gemolong sudah sekitar 20 tahun tidak berfungsi optimal, karena banyak jaringan mengalami kebocoran dan kerusakan.
“Petani akhirnya berinisiatif membuat talang air secara swadaya langsung dari Daerah Irigasi Gemolong, dan kini manfaatnya sudah bisa dirasakan. Hari ini kami melaksanakan panen perdana menggunakan aliran air dari talang baru tersebut, sekaligus menjadi panen pertama di Musim Tanam III. Berdasarkan pengalaman ini, kami berharap jaringan irigasi sepanjang 465 meter yang rusak dapat segera diperbaiki,” ungkap Suratno.
Acara berakhir dengan momen sarapan bersama di pematang sawah. Bupati, jajaran Forkopimda, dan petani terlihat duduk melingkar, menikmati hidangan khas pedesaan.
Momen sederhana tersebut menjadi simbol kebersamaan pemerintah dan petani sekaligus ungkapan syukur atas keberhasilan panen raya. (HS-08)