HALO KENDAL – Untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan tulang, serta upaya mendorong masyarakat supaya lebih memahami risiko, pencegahan, dan pengelolaan osteoporosis di semua kalangan usia, RSUD dr H Soewondo Kendal memperingati Hari Osteoporosis Sedunia, yang digelar di ruang Drop In, Senin (21/10/2024).
Osteoporosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, yang membuat tulang lebih rapuh dan rentan terhadap patah. Penyakit osteoporosis sering kali tidak menunjukkan gejala hingga terjadi patah tulang, menjadikannya salah satu penyakit yang sulit dideteksi.
Sehingga, melalui peringatan Hari Osteoporosis Sedunia, bisa mengingatkan masyarakat supaya tindakan pencegahan dapat membantu menjaga kesehatan tulang sepanjang hidup. Salah satunya dengan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, dan latihan beban juga sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan dan kesehatan tulang.
Terapis dari Bagian Fisiotherapy RSUD dr H Soewondo Kendal, Syamssudin Amf SSos dalam materinya mengatakan, faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena osteoporosis antara lain usia lanjut, kekurangan kalsium dan vitamin D, serta pola hidup yang kurang aktif.
Diprediksi lebih dari 200 juta orang menderita osteoporosis di seluruh dunia. Lebih dari 70 persen individu berusia di atas 80 tahun mengalami osteoporosis. Kondisi inilebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Diperkirakan sekitar 9 juta kasus fraktur per tahun terjadi akibat osteoporosis.
Menurut Syamssudin, penderita osteoporosis di seluruh dunia saat ini mencapai 200 juta orang. Hasil analisis data risiko osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia tahun 2006 menyatakan, dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis.
“Perempuan lebih banyak terkena dibandingkan laki-laki. osteoporosis pada perempuan di atas 50 tahun mencapai 32,3 persen sementara pada pria di atas 50 tahun mencapai 28,8 persen,” ujarnya.
Gejala dan Faktor Osteoporosis
Syamssudin memaparkan, gejala awal penyakit umumnya menimbulkan nyeri tumpul di tulang atau otot, nyeri punggung yang sangat rendah atau nyeri. Selain itu sering tanpa keluhan dimana densitas tulang berkurang secara progresif, dimana kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh, mudah patah dan tiodak terdeteksi sampai menjadi patah tulang.
“Tulang tulang yang sering patah akibat osteoporosis adalah tulang belakang, panggung, pangkal paha, pergelangan tangan dan tulang rusuk,” imbuhnya.
Syamssudin menyebut, jenis kelamin wanita berisiko lebih besar terkena osteoporosis. Menurutnya, wanita memiliki massa tulang puncak yang lebih rendah dan tulang yang lebih kecil daripada pria. Namun, pria tetap berisiko, terutama setelah usia 70 tahun.
“Hormon estrogen merupakan alasan lainnya mengapa wanita rentan alami osteoporosis. Hormon ini berfungsi untuk melindungi tulang. Namuni, produksi hormon ini akan menurun ketika wanita mencapai masa menopause. Efeknya jelas membuat tulang mudah keropos. Selain itu massa tulang yang lebih kecil dan tipis dibandingkan pria, merupakan alasan mengapa wanita rentan alami osteoporosis,” bebernya.
Syamssudin menambahkan, pertumbuhan tulang wanita mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun. Setelah masa itu perkembangannya amat kecil dari sebelumnya.
“Nah, saat memasuki usia tiga puluhan tahun, tulang tak akan mengalami peningkatan massa secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Faktor lain yaitu Usia. Karena seiring bertambahnya usia, pengeroposan tulang terjadi lebih cepat, dan pertumbuhan tulang baru lebih lambat. Seiring berjalannya waktu, tulang dapat melemah dan risiko osteoporosis meningkat.
Faktor berikutnya adalah ukuran tubuh. Menurut Syamssudin, wanita dan pria yang kurus dan bertulang tipis memiliki risiko lebih besar terkena osteoporosis karena mereka memiliki lebih sedikit tulang yang bisa hilang dibandingkan pria yang bertulang besar.
“Faktor lain yaitu riwayat keluarga. Dimana para peneliti menemukan bahwa risiko osteoporosis dan patah tulang dapat meningkat jika salah satu orang tua memiliki riwayat osteoporosis atau patah tulang pinggul,” imbuhnya.
Perubahan hormon, lanjut Syamssudin yaitu rendahnya kadar hormon tertentu dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis.
“Misalnya, tingkat estrogen rendah pada wanita setelah menopause, rendahnya kadar estrogen akibat tidak adanya periode menstruasi yang abnormal pada wanita premenopause akibat gangguan hormon atau tingkat aktivitas fisik yang ekstrem, kadar testosteron rendah pada pria,” bebernya.
“Pria dengan kondisi yang menyebabkan testosteron rendah berisiko mengalami osteoporosis. Namun, penurunan testosteron secara bertahap seiring bertambahnya usia mungkin bukan alasan utama hilangnya tulang,” imbuh Syamssudin.
Bukan itu saja, bahkan faktor gaya hidup juga mempengaruhi risiko osteoporosis. Menurutnya, gaya hidup sehat penting untuk menjaga tulang tetap kuat.
“Faktor-faktor yang menyebabkan pengeroposan tulang meliputi, tingkat aktivitas fisik yang rendah dan periode tidak aktif yang lama dapat menyebabkan peningkatan laju pengeroposan tulang. Hal ini juga membuat kondisi fisik buruk, yang dapat meningkatkan risiko terjatuh dan patah tulang,” papar Syamssudin.
Konsumsi alkohol berat secara kronis merupakan faktor risiko signifikan terhadap osteoporosis. Penelitian menunjukkan bahwa merokok juga merupakan faktor risiko osteoporosis dan patah tulang.
“Para peneliti masih mempelajari apakah dampak merokok terhadap kesehatan tulang hanya berasal dari penggunaan tembakau saja atau apakah orang yang merokok memiliki lebih banyak faktor risiko osteoporosis,” tandas Syamssudin.
Faktor yang tanpa disadari yaitu penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Hal itu dapat meningkatkan risiko mengalami pengeroposan tulang dan osteoporosis.
“Seperti glukokortikoid dan hormon adrenokortikotropik, yang mengobati berbagai kondisi, seperti asma dan artritis reumatoid, obat antiepilepsi, yang mengobati kejang dan gangguan neurologis lainnya. Obat kanker, yang menggunakan hormon untuk mengobati kanker payudara dan prostat. Inhibitor pompa proton, yang menurunkan asam lambung, Inhibitor reuptake serotonin selektif, yang mengobati depresi dan kecemasan,” ujar Syamssudin.
“Beberapa kondisi medis yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis, seperti penyakit endokrin dan hormonal lainnya, penyakit gastrointestinal, artritis reumatoid, beberapa jenis kanker, HIV/AIDS, dan anoreksia nervosa,” imbuhnya.
Pencegahan Osteoporosis
Syamssudin mengungkapkan, manusia tentunya ingin memiliki tulang yang sehat dan kuat. Sehingga denngan gaya hidup sehat yang rutin dapat mencegah osteoporosis. Selain itu, dengan engkonsumsi makanan yang bergizi, asupan gizi tinggi kalsium, vitamin D yang cukup, olahraga yang teratur.
Pola gaya hidup lainnya, yaitu dengan olahraga secara teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi risiko fraktur sebesar 40 persen.
Untuk mengurangi risiko osteoporosis, olahraga dengan intensitas gerak ringan-sedang sangat disarankan, seperti peregangan (Yoga, pilates, tai chi), jalan kaki, lari, strength training seperti kardio ringan, sampai angkat beban yang disesuaikan dengan kemampuan.
“Hindari rokok dan minuman alkohol, serta kafein yang berlebih
Kebiasaan merokok, minum alkohol, sampai mengkonsumsi minuman kafein seperti kopi terlalu sering akan berdampak pada kesehatan tulang,” tegas Syamsudin.
Kemudian rutin berolahraga untuk osteoporosis. Karenan olahraga berperan penting dalam mengelola osteoporosis dan menjaga kesehatan tulang secara keseluruhan.
Di antaranya, meningkatkan kepadatan tulang. Latihan beban merangsang pertumbuhan tulang, membantu memperlambat pengeroposan tulang dan mengurangi risiko patah tulang.
Meningkatkan kekuatan otot. Latihan kekuatan membangun otot yang mendukung dan melindungi tulang, mengurangi risiko cedera dan ketegangan.
Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi. Latihan yang berfokus pada keseimbangan dapat membantu mencegah jatuh, penyebab utama patah tulang pada penderita osteoporosis.
Meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas. Latihan peregangan meningkatkan fleksibilitas sendi, membuat gerakan sehari-hari lebih mudah dan aman.
Mendukung kesehatan sendi. Aktivitas teratur mengurangi kekakuan sendi dan meningkatkan kesehatan tulang rawan
Meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental. Aktivitas fisik melepaskan endorfin, yang dapat membantu mengurangi kecemasan, depresi, dan tantangan emosional yang dapat muncul akibat penanganan osteoporosis.
“Jika pasien mengalami fraktur atau patah tulang akibat dari osteoporosis setelah mendapatkan tindakan dari dokter, maka fisioterapi dapat melakukan Intervensi dengan berbagai terapi, berupa terapi es, terapi panas, terapi listrik, terapi latihan, koreksi atau posisi postur dan pemakaian alat bantu,” pungkas Syamssudin.(HS)