HALO SEMARANG – Pembangunan Taman Kedondong Kelurahan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan yang sempat mangkrak, akan segera dilanjutkan. Suryati, Kabid Pertamanan dan Pemakaman Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang mengatakan, untuk pembangunan Taman Kedondong tahun 2019 ini akan diteruskan dengan sistem proyek penunjukan langsung (PL) dan swakelola. Pada pembangunannya tahun 2017 dulu, proses pembangunan hanya selesai 71,41 persen dan kemudian rekanan penggarap harus diputus kontrak. Dalam perjalanannya, taman tersebut juga sempat mangkrak.
“Tahun ini dilanjutkan peningkatannya dengan PL dan swakelola. Anggarannya sekitar Rp 200 juta. Disesuaiakan dengan eksisting di sana. Paling tidak memperbaiki dulu agar tak mangkrak. Kami akan koordinasi dengan warga. Salah satunya menambah penerangan,” tandasnya.
Sebagai informasi, proyek pembangunan Taman Kedondong yang menelan anggaran sekitar Rp 1,5 miliar tersebut justru dinilai sebagai proyek yang gagal. Penilaian itu ramai dilayangkan netizen di salah satu grup Facebook diskusi terbesar bagi warga Kota Semarang, Media Informasi Kota Semarang (MIK Semar). Di grup tersebut, Jumat (11/1) pengguna akun Facebook Irfan Ahmad mengunggah beberapa foto yang menunjukkan kondisi Taman Kedondong.
“Dulu lapangan Kedondong Lamper Mijen menjadi arena olahraga sepak bola yang sangat menggemberikan buat warga. Tapi sekarang dibuat jadi taman yang sangat tidak terawat dan kelanjutan untuk pembangunan yang kapan lagi untuk dikerjakan??? Sebagai contoh di taman dan lapangan Bumirejo Gedawang yang sangat bagus, taman dilihat sangat bagus dan lapangan sepak bola masih difungsikan, malah dibuat tambah josss. Mengapa di lapangan Kedondong Lamper Mijen tidak dibuat seperti itu?? yang sudah menghabiskan dana Rp 1,5 miliar, tapi kondisi sekarang yang amburadul. Lapangan sepak bola pun hilang,” tulisnya disertai hastag #miksemar curhat #miksemar sambat #miksemar tinggal kenangan.
Berdasarkan foto yang diunggah, kondisi taman tersebut memang tampak memprihatinkan. Selain beberapa fasilitas rusak, taman tersebut dianggap tak layak digunakan sebagai tempat bermain bagi anak-anak. “Awal mula dibangun banyak yang khawatir kehilangan area bermain sepak bola. Sekarang taman pun tak jadi. Bahkan tidak layak untuk taman bermain anak,” ungkap Nitizen lain.(Halo Semarang)