HALO SEMARANG – Di tengah prediksi resesi global 2023, ekonomi Jateng tetap tumbuh di medio 2022. Dikomandoi Gubernur – Wakil Gubernur, Ganjar Pranowo dan Taj Yasin, provinsi ini memcatatkan pertumbuhan ekonomi 5,28 persen Year on Year (YoY) pada kuartal III (Juli, Agustus, September) tahun ini.
Hal ini diungkapkan Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana, pada rilis daring Badan Pusat Statistik, Senin (7/11/2022). Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Jateng berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada kuartal III 2022 atas dasar harga berlaku Rp 396.643,77 miliar dan atas dasar harga konstan Rp 264.862,50 miliar.
Ia menyebut pertumbuhan ini cukup baik, meskipun belum memenuhi target pertumbuhan yang direncanakan hingga tujuh persen, guna mengurangi pengangguran, kemiskinan secara signifikan.
“Terlihat pada YoY 5,28 persen cukup baik dibandingkan pada triwulan 3 2021 yang 2,73 persen. Kalau dibandingkan dengan triwulan II 2022 pertumbuhan kita cukup tinggi yakni 5,66 persen,” ujarnya.
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Transportasi dan Perdagangan yang tumbuh sebesar 98,53 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen yang mengalami kenaikan paling tinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa (termasuk Ekspor Antar Daerah) sebesar 17,05 persen.
Adapun, pertumbuhan ekonomi Jateng tumbuh 1,32 persen dibanding kuartal 2 2022 (Q to Q). Sementara secara kumulatif (C to C) pada kuartal 3 2022 ekonomi Jateng tumbuh 5,36 persen.
Sektor Pertanian
Badan Pusat Statistik Jateng juga mencatat sektor usaha tani menyerap ratusan ribu pekerja pasca pandemi Covid-19. Tercatat, 324 ribu orang terserap di sektor pertanian, mengalahkan sektor perdagangan dan industri pengolahan.
Adhi Wiriana mengatakan, hal ini menjadi sesuatu yang menggembirakan, mengingat Jateng adalah salah satu penyangga pangan nasional.
Data BPS Jateng mengungkap, selama Agustus 2021- Agustus 2022 serapan tenaga kerja dari sektor pertanian sebanyak 324 ribu orang atau 24,78 persen. Serapan tenaga kerja itu disusul dengan sektor usaha perdagangan 94 ribu orang dan industri pengolahan 71 ribu orang.
“Pertanian justru terjadi peningkatan (keterserapan tenaga kerja). Ini cukup menggembirakan, kita harap semakin banyak petani milenal agar ketahanan pangan semakin baik,” imbuh Adhi.
Hal ini, tidak lepas dari upaya Pemprov Jateng menggenjot sektor usaha tani sebagai benteng ketahanan pangan. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo juga getol mengajak kaum milenial kembali ke ladang dan sawah, dengan menerapkan pertanian yang modern. Ia juga mengajak badan riset seperti BRIDA juga para ilmuwan ikut mengembangkan tanaman pangan yang unggul.
Contoh nyata yang telah diterapkan adalah melakukan berbagai terobosan penerapan indeks pertanaman (IP ) 400, dengan kata lain sebuah lahan bisa ditanam hingga empat kali. Ini berlaku untuk padi dan tanaman lain.
Selain itu, petani difasilitasi pupuk organik untuk perbaikan struktur dan tesktur tanah sehingga tanah menjadi subur. Juga benih unggul dan bersertifikat serta alsintan guna mendukung percepatan dan efisiensi dalam kegiatan usaha tani. Faktor SDM juga sangat menentukan dalam pencapaian target produksi sehingga kompetensi petani, petugas terus ditingkatkan dengan berbagai pelatihan peningkatan kapasitas petani maupun petugas.
Tidak kalah pentingnya, adalah pendampingan dan pengawalan dalam pengamanan pertanaman oleh Petugas Pengamat organisme penggangu tanaman (OPT) melalui peramalan, pengendalian OPT.
Data Distanbun Jateng mengungkap, hingga September 2022, realisasi produksi padi mencapai 8.238.177 ton, dari prediksi target 2022 untuk padi 9.704.760 ton atau sekitar 5,5 juta ton bila dikonversi menjadi beras. Sedangkan, kebutuhan konsumsi beras di Jawa Tengah lebih kurang 4.556.070 ton.
Adapun, untuk produksi jagung hingga September 2022 mencapai 3.047.712 ton dengan kebutuhan pakan dan ternak 2.447.202 ton. Produksi ubi kayu mencapai 2,2 juta ton. Sementara, produksi kedelai hingga bulan yang sama baru mencapai 47.246 ton, dari kebutuhan 915.137 ton.
Selain itu disiapkan pula lahan seluas 120 hektare, untuk pangan alternatif seperti Sorgum. Tahun 2022 ini, lahan itu di tiga kabupaten yakni Wonogiri, Sukoharjo dan Cilacap, untuk mendukung ketahanan pangan nasional.(HS)