HALO KENDAL – Memasuki musim panen tembakau, para petani mengeluhkan harga tembakau yang turrun drastis, mencapai Rp 6.000/kg.
Harga jual tersebut dianggap tidak sesuai dengan biaya perawatannya. Pasalnya, dibandingkan tahun sebelumnya, harga turun hingga 60 persen.
Salah satu petani tembakau Desa Kalioso, Kecamatan Kangkung, Asari mengungkapkan, beberapa pabrik rokok seperti Sampoerna, Djarum, dan Gudang Garam sudah tidak membeli tembakau dari petani langsung.
“Sekarang tembakau hanya dibeli para tengkulak dan dijual kepada para pengepul. Sehingga tembakau dari petani tidak ada harganya,” ujarnya, Rabu (16/9/2020) siang.
Dijelaskan, untuk harga tembakau dengan kualitas rendah dihargai Rp 6.000/kilogram, sedangkan yang kualitas baik Rp 25.000/kilogram.
“Padahal kualitas tembakau saat ini bagus semua. Namun anehnya malah tidak laku,” jelas Asari.
Senada diungkapkan Sujadi. Menurutnya, petani saat ini dalam posisi sulit. Karena kalau tembakau tidak dipetik, tentu akan merugikan. Sedangkan kalau dipetik, harga jualnya turun drastis.
“Untuk biaya pemetik, ngrowek kemudian perajang dan beli keranjang, biaya sudah lebih dari Rp 10 ribu/kilogramnya. Namun petani hanya bisa jual Rp 6 ribu sampai Rp 10 ribu per kilogram. Atau paling bagus Rp 25 ribu, tergantung kualitasnya,” ungkapnya.
Padahal lanjutnya, tahun lalu harga tembakau kualitas rendah bisa mencapai Rp 15.000/kilogram dan yang kualitasnya baik bisa mencapai Rp 43.000/kilogram, bahkan bisa lebih.
Sujadi berharap, pemerintah bisa membantu petani tembakau di saat harga tembakau yang terpuruk seperti saat ini.
“Kami sudah terbiasa tanam tembakau, jadi kalau disuruh ganti tanaman lain seperti jagung atau tanaman lainnya, tentu harus adaptasi ulang. Apalagi saat ini kan tinggal panen, kalau harus ganti tanaman akan rugi banyak,” pungkasnya.(HS)