HALO SEMARANG – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menegaskan program Kemandirian Pesantren yang menjadi salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama, tidak hanya bertujuan membangun ekonomi dan bisnis pesantren, melainkan juga mempertahankan ideologi serta independensi pesantren.
Hal ini disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dalam Saresehan Peningkatan Kemandirian Pesantren di Pondok Pesantren Darum Ulum, Peterongan, Jombang Jawa Timur.
“Ada banyak pesantren yang mengalami ‘kepayahan’ dalam memenuhi kebutuhan operasional, sehingga tidak sedikit pesentren yang kemudian ‘menggadaikan’ otoritasnya, untuk mempertahankan operasional pesantren,” kata Yaqut Cholil Qoumas, di Jombang, baru-baru ini.
Gus Yaqut pun kemudian memberi contoh tentang pesantren yang menggadaikan ideologi dan independensi, sekadar untuk memperoleh biaya operasional.
“Yang paling pendek itu ya di urusan politik dengan menggadaikan ideologi dan independensi pesantrennya hanya untuk sekadar mempertahankan operasional pesantren. Kita boleh menyangkal itu, namun ada fakta pesantren seperti itu. Ini yang kemudian membuat saya dan kawan-kawan di Kemenag tergerak untuk melakukan sesuatu,” kata Yaqut, seperti dirilis kemenag.go.id.
Saresehan yang dihadiri pimpinan dan pengasuh pondok pesantren zona Jawa Timur ini, diinisiasi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama.
Tampak hadir mendampingi Menag, Kakanwil Kemenag Jatim Husnul Mahram, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Akh. Muzakki, Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menag, serta Plt Direktur KSKK sekaligus Kabag TU Pimpinan Sidik Sisdiyanto.
Hadir juga membersemai dengan para pengasuh pondok pesantren se Jawa Timur, Khatib Aam PBNU KH Said Asrori.
Menag pun berharap dalam saresehan ini para pimpinan dan pengasuh pondok pesantren dapat bersinergi dengan tim percepatan program Kemandirian Pesantren Kementerian Agama.
“Saya berharap saresahan ini menjawab kegelisahan itu. Masa khitmad saya ada satu tahun anggaran lagi semoga bisa membuat pesantren berdaya. Kehadiran saya di sini untuk mendengarkan secara langsung apa yang diinginkan dari pesantren,” kata dia.
“Sehingga satu tahun anggaran ke depan, bisa kita manfaatkan sepenuhnya untuk kebutuhan pesantren apakah terkait teknologi informasi, program pengembangan bisnis pesantren, hingga pelatihan-pelatihan digitalisasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing pesantren,” kata Menag.
Untuk itu, tambah Menag, kepada para kiai dan gus pengasuh pesantren yang hadir dalam sarasehan, untuk dapat memberi masukan agar kemudian dapat diterjemahkan oleh tim Kemenag menjadi program.
Tim percepatan program Kemandirian Pesantren Kemenag terdiri dari Staf Khusus dan Tenaga Ahli Menteri Agama. Mereka yakni Abdul Rochman, Nuruzzaman, Wibowo Prasetyo, Hasanuddin Ali, dan Dianta.
Tim percepatan ini, kata Menag, akan mengawal masukan-masukan dari pengasuh pesantren yang kemudian dijadikan program.
Menag menyatakan yang paling konkrit dari program ini adalah bisa dimanfaatkan oleh pesantren. Sehingga pesantren tidak lagi menggadaikan ideologinya dan independensi hanya untuk sekedar biaya operasional secara berkelanjutan.
“Saya tegaskan tidak ada tendensi politik dalam program Kemandirian Pesantren ini meskipun terus bergulir di tahun terakhir kepemimpinan saya sebagai Menteri Agama. Tahun ini kita sudah siapkan program digitalisasi untuk pesantren. Tujuan lainnya dari pertemuan ini adalah memperluas jejaring antar pesantren,” tandas Gus Yaqut.
Gus Yaqut berharap para kyai dan gus pengasuh pesantren dapat memanfaatkan program Kemandirian Pesantren ini untuk kemaslahatan pesantren.
“Program ini dilindungi oleh UU Pesantren yang mengamanatkan negara menjamin kehidupan pondok pesantren. Kepentingan saya dan kita bersama adalah menjaga ideologi yang dibangun oleh para kyai Nadhalatul Ulama. Ini saatnya kita melakukan eksekusi – eksekusi,” harap Gus Yaqut.
Senada dengan Gus Yaqut, Wibowo Prasetyo menambahkan, munculnya ide dari sejumlah pengasuh pesantren terkait program digitalisasi di pondok pesantren sangat inline dengan program digitalisasi Kementerian Agama.
Dikatakan Wibowo salah satu sasaran dari program digitalisasi ini adalah bagaimana membuat jejaring usaha kemudian menghubungkannya antar pondok pesantren agar bisnis usaha pondok pesantren itu bisa dinikmati oleh pondok pesantren lainnya.
“Kami mendorong pondok pesantren yang memiliki minat dalam teknologi informasi ini lewat program digitalisasi yang juga menjadi concern Gus Yaqut. Baru-baru ini Gus Yaqut mendapat penghargaan dari Detik.com terkait dengan kebijakan beliau melakukan digitalisasi di Kementrian Agama melalui integrasi satu aplikasi Super Apps yaitu Pusaka,” kata Wibowo.
“Saya kira program Kemandirian Pesantren ini juga bisa diarahkan pada upaya-upaya digitalisasi terutama untuk berjejaring yang menghubungkan user dan produsen,” tutup alumni UI ini. (HS-08)