HALO SEMARANG – Cita-cita Kementerian Agama untuk menghadirkan pendidikan tinggi keagamaan yang inklusif, dengan semangat moderasi beragama, kini mulai menampakkan hasil.
Pada Wisuda ke-43 Universitas Islam Negeri Mataram (UIN Mataram) Sabtu, 31 Juli 2022 lalu, salah satu wisudawati beragama Hindu, Ni Ketut Mayoni, berhasil meraih gelar magister pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
“Saya amat mengapresiasi semangat belajar Ni Ketut Mayoni, meski menjadi satu satu-satunya mahasiswa pascasarjana, yang duduk bersanding dengan para ustaz namun tak membuatnya minder,” kata Rektor UIN Mataram, Masnun Tahir, Jumat (5/8/2022), seperti dirilis kemenag.go.id.
Menurut dia, prestasi yang diraih Ni Ketut Mayoni, bisa menjadi contoh dalam membangun moderasi beragama.
“Tentu ini bisa dijadikan percontohan yang sangat baik, terlebih lagi dalam konteks membangun moderasi beragama. Saya kira ini menjadi salah satu bukti konkret di UIN Mataram telah mampu mencetak sarjana manajemen pendidikan Islam, dari kalangan nonmuslim,” imbuh Masnun.
Dikatakan Masnun, core value dari UIN Mataram adalah cendekia, terbuka dan unggul, sehingga siapapun punya kesempatan yang sama untuk belajar.
“Ini juga sejalan dengan komitmen Gus Men (Menag Yaqut), yang terus-menerus memberikan atensi dan intensi tentang moderasi beragama. Kampus UIN harus menjadi agen moderasi beragama,” katanya.
Ia menambahkan nilai-nilai moderasi beragama ini tidak sekadar menjadi komitmen qauly (perkataan), tetapi juga menjadi komitmen fi’liy (laku sosial), serta komitmen manhajiy (pola pikir).
Sementara dalam kesempatan berbeda, Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kurikulum UIN Mataram, Adi Fadli, menyebutkan bahwa lembaganya secara spirit sudah sepakat membangun jembatan ilmu pengetahuan yang interdisipliner serta interaktif dengan segala wawasan keilmuan yang lain.
“UIN Mataram sudah menjadi role model jembatan peradaban keilmuan interaktif dalam membangun interdisipliner keilmuan,” ujarnya
Adi mengatakan, adanya mahasiswa non-muslim pada wisuda UIN Mataram sebagai bukti citra Islam yang baik.
“Islam harus mampu menarik simpatik dari saudara-saudara kita yang non-muslim guna membangun interaksi keagamaan yang konstruktif dalam bingkai Pancasila dan NKRI. Wisudawati yang beragama Hindu tersebut mencitrakan ada daya simpatik spirit keagamaan dalam bingkai Pancasila dan NKRI,” jelasnya.
Semangat tersebut, kata Adi, sejalan dengan moderasi beragama yang dicanangkan oleh Kementerian Agama RI guna membangun harmonisasi antarumat beragama maupun intern umat beragama. (HS-08)