HALO SEMARANG – Kementerian Agama (Kemenag) meresmikan Kampung Zakat Balong di Gunungkidul, Yogyakarta.
Kampung Zakat Balong merupakan wilayah ke-557 yang diresmikan Kemenag, sejak 2018.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Waryono Abdul Ghafur, mengungkapkan pentingnya pemanfaatan sumber daya alam (SDA) secara optimal, melalui zakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Waryono menyampaikan, meskipun Indonesia bukan negara Islam, Undang-undang tentang zakat memfasilitasi umat Islam untuk menyalurkan zakat melalui lembaga resmi, seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Menurutnya, zakat yang disalurkan langsung kepada mustahik berdampak kecil, dibanding disalurkan melalui lembaga resmi.
“Jika zakat disalurkan langsung kepada mustahik, dampaknya tidak besar. Namun, dengan lembaga zakat, distribusi zakat bisa sampai ke wilayah yang lebih membutuhkan seperti NTT dan Maluku Ambon,” ujar Waryono, seperti dirilis kemenag.go.id.
Waryono menyoroti potensi besar yang belum tergali di Gunungkidul, yang merupakan wilayah yang sering mengalami kekeringan.
Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan teknologi menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi SDA lokal.
“Wilayah berbatu dan tandus bukan berarti tidak ada potensi. Melalui penguasaan ilmu dan teknologi, masyarakat bisa mengembangkan SDA mereka,” kata Waryono.
Ia juga mengungkapkan pentingnya penguasaan teknologi bagi masyarakat. “Investasi pada SDM adalah investasi terbaik. Kita perlu meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan guru agar generasi berikutnya mampu memaksimalkan potensi SDA melalui teknologi modern,” lanjutnya.
Model
Kampung Zakat Balong diharapkan menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bisa ditiru daerah lain.
Waryono berharap sinergi antara Baznas, LAZ, dan masyarakat setempat dapat memastikan keberhasilan program ini.
“Gunung Kidul harus di-branding ulang agar lebih dikenal. Meski wilayahnya tandus, ada potensi besar yang luar biasa di sini,” ungkapnya.
Waryono pun mendorong agar Gunungkidul mengikuti jejak negara maju seperti Singapura dalam memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan wilayah. Ia juga mengusulkan agar Baznas dan LAZ mendatangkan tenaga pendidik berkualitas ke Kampung Zakat Balong.
“Meskipun Singapura kecil, mereka berkembang pesat karena teknologi dan pengelolaan yang baik. Indonesia, dengan sumber daya alam yang melimpah, seharusnya bisa lebih maju jika dikelola dengan teknologi yang tepat,” tambahnya.
Pengentasan Kemiskinan
Secara nasional, potensi zakat Indonesia terus berkembang. Pada 2023, pengumpulan zakat nasional mencapai Rp32 triliun. Waryono menekankan, validitas data mustahik penting agar zakat dapat disalurkan tepat sasaran dan memberi dampak maksimal.
“Dengan gerakan zakat yang semakin kuat, kita bisa berkontribusi lebih besar dalam mengentaskan kemiskinan. Data yang valid adalah kunci agar zakat bisa disalurkan kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan,” ujarnya.
Terakhir, Waryono mengajak semua pihak untuk bersinergi dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat melalui zakat.
“Modal sosial kita luar biasa, dan itu kekuatan utama kita. Dengan kerja sama yang baik, saya yakin kita bisa mencapai kemakmuran bersama,” kata dia. (HS-08)