in

Harga Kedelai Impor Menggila, Pengrajin Tahu-Tempe Jateng Capek Menjerit

Produk tempe perajin Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

 

HALO SEMARANG – Melambungnya harga kedelai impor semakin dirasa mencekik para perajin tahu dan tempe. Kondisi seperti itu membuat perajin di Jawa Tengah harus memutar otak supaya produksinya terus berjalan.

Pusat Koperasi Produsen Tahu-Tempe (Puskopti) Jawa Tengah mencatat, harga kedelai impor terus merangkak naik dari Rp 7.000 menjadi Rp 11.000 per kilogram. Hal itu terjadi sebelum Lebaran hingga sekarang, Kamis (3/6/2021).

Ketua Pusat Koperasi Produsen Tahu-Tempe (Puskopti) Jawa Tengah, Sutrisno Supriyantoro menyebut, kedelai impor bukan mengalami kenaikan harga, akan tetapi perubahan harga.

“Dari Rp 7.000 menjadi Rp 11.000 ini bukan kenaikan harga, namun perubahan harga,” kata Sutrisno, Kamis (3/6/2021).

Diungkapkan Sutrisno, akibatnya terdapat kurang lebih 40 persen perajin tahu dan tempe memutuskan untuk gulung tikar. Perajin tersebar di 36 kabupaten/kota di Jawa Tengah.

“Anggotanya tersebar di 36 kabupaten/kota sekitar 10 ribuan. Sekarang banyak yang colabs, ada 40 persen,” ungkap dia.

Sedangkan, perajin yang masih bertahan terpaksa melakukan siasat dengan memperkecil ukuran tahu dan tempenya. Sebab, jika mengikuti harga saat ini, lanjut Sutrisno, harga tidak terjangkau membuat pembeli tidak minat membeli.

“Karena sudah tidak sesuai lagi, penjualan tahu dan tempe ukurannya diperkecil, kalau tidak para konsumen pada tidak mau,” imbuh Sutrisno.

Sutrisno mengatakan, harga kedelai impor yang susah dikendalikan harus diiringi dengan solusi. Operasi pasar, lanjutnya, dibutuhkan untuk menstabilkan harga.

“Kami dari Puskopti Jawa Tengah saat ini berupaya meminta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menyelenggarakan operasi pasar seperti satu bulan yang lalu saat Ramadan,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga telah mengirimkan surat ke Kementerian Perdagangan melalui Gabungan Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Gapokti). Puskopti Jateng mengaku telah mendapatkan respon yang membuat optimis operasi pasar segera dilakukan.

“Dengan adanya operasi pasar dapa diharapkan menstabilkan harga, paling tidak para pengrajin tempe dan tahu tidak kelabakan,” tutur Sutrisno.

Halosemarang.id memantau kondisi perajin tempe di Medoho Permai, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Nampak perajin tempe benar merasakan melambungnya harga kedelai impor.

Slamet (58) salah seorang perajin tempe mengungkapkan, dirinya baru mengalami meroketnya harga kedelai impor. Menurutnya, tajamnya harga kali ini tidak wajar terjadi, sebab, sedang tidak terjadi kelangkaan pasokan kedelai.

“Belum pernah naik setinggi ini. Dulu era Pak SBY pernah naik di harga Rp 8000 bisa turun lagi dan ada subsidi. Tapi sekarang ini naiknya sampai Rp 11.000,” ujar Slamet, Kamis (3/6/2021).

Slamet menyiasati supaya usaha yang didirikan oleh orangtuanya sejak 1985 tetap berjalan. Salah satunya dengan mengecilkan ukuran tempe dengan harga yang tetap sama.

“Kalau ukuran masih sama kayak kemarin, harga tidak bisa ikut naik. Makanya ini ukuran saya kecilkan, biar harga sama kayak kemarin,” tuturnya.(HS)

GMPK Jateng Menilai Ambrolnya Plafon PN Semarang Jadi Peringatan Agar Hakim Tidak Main Kasus

Tingkatkan Kompetensi, 35 ASN Disarpus Banjarnegara dan Wonosob Ikuti Bimtek