HALO SEMARANG – Karya tiga mahasiswa Program Studi S-1 Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro Semarang, berhasil masuk menjadi tiga besar terbaik dalam ajang DLI Startup Innovation Challenge 2020.
Dalam ajang tersebut, mereka bertiga berinovasi dalam membuat aplikasi Culture Academy.
DLI Startup Innovation Challenge 2020 merupakan ajang untuk menciptakan ide kreatif, maupun iklim kondusif dalam pengembangan startup inovasi di berbagai bidang. Satu di antaranya adalah terkait pendidikan.
Ajang tersebut memiliki tema ‘Inovasi Pembelajaran Berbasis Disruptive Technology’ dan diadakan secara daring.
Aplikasi Culture Academy karya mahasiswa Udinus memiliki fitur-fitur yang melimpah, seperti video tutorial , quiz, live teaching, marketplace, gamification dan group chat.
Selain itu, terdapat fitur baru dari aplikasi yang berfokus pada pengembangan kesenian yang ada di Indonesia, yaitu live teaching.
Di mana fitur tersebut akan memudahkan user untuk dapat melakukan live teaching bersama user lainnya, dengan cara video conference secara personal. Ketiga mahasiswa yang berhasil menciptakan aplikasi Cuture Academy dan juga sama-sama berasal dari Progdi S-1 Sistem Informasi, yaitu Hendriansyah, Yuswar Aditya Permana, Wahyu Akmal.
Dalam pers rilis yang diterima halosemarang.id, Selasa (25/8/2020), Ketua dari Aplikasi Culture Academy, Hendriansyah menjelaskan, dalam proses perancangannya membutuhkan waktu sekitar 1 tahun.
“Waktu tersebut juga termasuk dalam proses research and development. Aplikasi Culture Academy telah melalui beberapa proses pengembangan dan perubahan,” katanya.
Menurutnya, tujuan dari pembuatan aplikasi Culture Academy untuk menarik banyak anak muda agar belajar dan melestarikan kebudayaan Indonesia.
“Pada awalnya Culture Academy hanya berfokus pada satu kesenian dan fitur sedikit. Kini Culture Academy ini telah menjadi super aplikasi yang mampu menjawab masalah kesenian yang ada di Indonesia,” jelas Hendriansyah.
Dia berencana untuk mempublisasikan aplikasi Culture Academy di play store ataupun apps store lainnya. Hendri sapaan akrabnya, juga menceritakan secara detail penggunaan apps Culture Academy.
Pada saat pertama kali menggunakan, user diharuskan untuk daftar terlebih dahulu di apps tersebut.
Setelah itu, user akan dapat memilih berbagai jenis kursus yang tersedia, yaitu berupa kursus seperti memahat, menari, hingga membatik.
“Kami sematkan juga fitur gamification di dalam apps tersebut, nantinya akan memberikan point kepada user jika berhasil menyelesaikan beberapa tahap yang kami berikan. Point itu nantinya dapat ditukarkan dengan reward-reward menarik, seperti voucher belanja, tiket konser, dan diskon lainnya,” tuturnya.
Terpisah, pembimbing dari aplikasi Culture Academy, Erika Devi Udayanti, SKom MCS merasa bangga dengan capaian dari mahasiswa Prodi Sistem Informasi Udinus.
Dia terus memberikan semangat, motivasi, dan pendampingan sejak persiapan hingga pelaksanaan lomba.
“Tim Culture Academy juga terus melakukan perbaikan-perbaikan hasil dari masukan saat pitching sebelumnya. Yentunya juga mempersiapkan presentasi di Internasional Confrence of Learning Innovation Challenge 2020,” katanya.
“Tiga besar ajang DLI Challenge 2020 berhak untuk presentasi internasional di bulan September ini. Namun kami masih menunggu informasi lebih lanjut dari pihak panitia. Kami harap aplikasi ini mampu mengedukasi masyarakat Indonesia khususnya generasi muda,” tutup Erika.(HS)