HALO SEMARANG – Jajaran DPRD Kota Semarang mengapresiasi program urban farming yang dilakukan Pemkot Semarang. Upaya menggalakkan pertanian perkotaan, dinilai dapat mendorong masyarakat lebih kreatif memanfaatkan lahan-lahan tak produktif.
“Kami mengapresiasi apa yang dilakukan Pemkot Semarang dalam upaya menggalakkan konsep pertanian perkotaan atau urban farming. Apalagi di Kota Semarang banyak lahan tak produktif yang tentu bisa dimanfaatkan untuk konsep pertanian perkotaan. Kami juga mendorong agar aset-aset mangkrak milik Pemkot, bisa dimanfaatkan pula untuk lahan urban farming,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Wahyoe “Liluk” Winarto, baru-baru ini.
DPRD Kota Semarang juga turut melakukan pengawasan dan juga meminta Dinas Pertanian (Dispertan) untuk melakukan pendampingan, terkait program gerakan menanam di lahan perkotaan atau urban farming baik di masyarakat dan lingkungan sekolah.
Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman mengatakan, Dispertan Kota Semarang harus memberikan pemahaman tentang manfaat urban farming kepada masyarakat. Namun, pihaknya juga mengingatkan Dispertan, soal program urban farming yang ada di sekolahan agar tak sampai mengganggu kinerja guru dan tugas siswa. Sebagai pendidik, guru diharapkan tidak meninggalkan kewajibannya. Khususnya jika ada lomba terkait urban farming atau semacamnya.
“Kita mendukung, tapi tidak melepas begitu saja. Yang namanya orang, ingin dinilai baik semisal itu dilombakan. Kami harapkan mereka tidak memindahkan kewajibannya, sehingga dua-duanya harus berjalan,” terangnya, Senin (13/3/2023).
Pilus sapaan akrab Kadarlusman menambahkan, Pemerintah Kota Semarang juga diharapkan melihat kondisi iklim yang sangat ekstrem. Maka masyarakat diminta untuk antisipasi dalam hal buruk yang terjadi di lingkungannya, salah satunya dengan menyediakan bahan pangan di lingkungan dengan konsep urban farming.
“Pada saat kita kesulitan mencari bahan pangan, jika ini diterapkan sejak dini, masyarakat bisa memanfaatkan dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini urban farming sangat efektif untuk mencegah krisis pangan saat terjadi iklim ekstrem yang tak diinginkan,” imbuhnya.
Pihaknya juga memberikan dukungan, dengan cara mendorong Dispertan untuk jangan pernah lelah mewujudkan program urban farming ini. “Kita kan dari ibu kota provinsi, masyarakatnya ingin yang serba gampang dan cepat, dengan kecanggihan teknologi tinggal telpon. Sehingga mengubah pola pikir masyarakat ini jadi hal yang sulit, khususnya untuk mengkampanyekan program urban farming. Butuh kerja keras mendorong masyarakat memiliki kesadaran menanam dan berproses,” ujarnya.
Pilus menambahkan, proses menanam dibutuhkan kesabaran dan ketelitian. “Ini kan harus sabar dan penuh ketelitian dan jangan pernah putus asa, saya sarankan itu ke Pemkot Semarang dalam hal ini Dinas Pertanian,” pungkasnya.(HS)