HALO TEMANGGUNG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung, telah membentuk 21 Desa Tanggap bencana.
Warga di desa-desa rawan bencana tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan dan banjir tersebut, dilatih untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Temanggung, Dwi Sukarmei, seperti dirilis Temanggungkab.go.id, mengatakan pihaknya telah membentuk 21 Desa Tanggap Bencana, empat di antaranya merupakan desa yang dibentuk pada Tahun 2021.
“Kami pada tahun 2021, Desa Tanggap Bencana ada penambahan 4 desa, yakni Desa Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo, Desa Caturanom Kecamatan Parakan, Desa Losari Kecamatan Tlogomulyo, dan Desa Tlahab Kecamatan Kledung,” katanya.
Program pokok yang harus dilakukan oleh Desa Tanggap Bencana yakni menganalisis risiko dengan membuat peta ancaman, kerentanan, dan kapasitas.
“Program pokoknya itu harus mendirikan forum relawan, rencana aksi komunitas, rencana kontijensi desa, membuat jalur evakuasi, dan jalur ekonomi untuk pembiayaan pascabencana,” tambahnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut Dwi, dibutuhkan peran dari seluruh elemen masyarakat, seperti perangkat desa, linmas, karangtaruna, dan pemuda. Mereka harus diberdayakan agar mempunyai kemampuan dasar dalam membantu penanganan bencana alam seperti banjir, kebakaran, tanah longsor ataupun musibah angin puting beliung.
Karena setiap personel yang ditugaskan dalam penanganan bencana alam, perlu mengenali bencana apa yang terjadi, sehingga bisa disiapkan strategi penanganannya.
“Dengan begitu, dalam proses penanganan bencana, bisa mengurangi resiko dan kemudian dievaluasi guna antisipasi akibatnya,” imbuhnya.
Diharapkan Desa Tanggap Bencana itu memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu mengorganisir sumber daya masyarakat guna mengurangi kerentanan dan sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. (HS-08)