
HALO KLATEN – Nasib para seniman di masa pandemi Corona jauh dari untung. Ibarat sudah jatuh, mereka juga tertimpa tangga. Kini nasib seniman mencoba bertahan hidup ketika panggung-panggung hiburan seni nyaris sepi.
Semangat untuk bertahan hidup juga ada pada para seniman Cokek Gentayangan asal Cawas, Klaten. Dengan modal patungan, seniman lakon yang dipimpin Jimbling Supriyadi (52) ini, mencoba keberuntungan dengan merambah media sosial Youtube, sambil menyuarakan kritik sosial bagi pemerintah.
“Para seniman itu, hidup dari dunia panggung. Sementara pandemi Covid-19 ini, nyaris semua panggung hiburan harus tutup. Tapi kami sebagai seniman juga harus makani anak– bojo. Kadang kehidupan keluarga seniman itu uring-uringan, bagaimana pun dapur juga harus ngebul ibarat nya begitu. Monggo lah pemerintah yang memikirkan. Karena semua kebijakan itu harus didasarkan nilai kearifan dan kebijaksanaan,” kata pria yang dikenal pakar seni tari dan lakon asal Cawas, Klaten itu, seperti dikabarkan laman resmi Pemkab Klaten.
Terkait kiprah seninya bersama komunitas seniman itu, Jimbling menuturkan sedang menjajaki Youtube. Bersama seniman Cokekan, dia mencoba menghibur masyarakat lewat seni lakon wayang kontemporer.
“Virus Corona itu ibarat hantu. Tidak tampak seper sekian juta bentuk jagat raya. Maka teman-teman seniman macak atau merias diri wajah hantu. Para penabuh berhias hantu. Sinden saya itu dalang kondang mas Kendro. Kita para seniman tetap membantu tugas pemerintah menegakkan PPKM Darurat. Tapi jangan lupa masyarakat harus juga hidup” pesannya.
Terkait agenda para seniman Jimbling Supriyadi mengatakan telah menyusun agenda rutin tiap pekan sekali. Tujuan utamanya untuk menghibur diri dan masyarakat agar tidak stres.
“Minimal kami sepekan sekali akan pentas untuk live streaming. Minimal menghibur diri agar tidak stres atau mumet. Syukur bisa menghibur masyarakat dengan cara kami. Kami sebagai seniman memahami beratnya tugas pemerintah. Kami berharap karya para seniman itu bisa difasilitasi dengan media sosial atau daring dengan pendekatan pemihakan hibah atau yang lainnya. Pemerintah ada bantuan sosial, PKH dan lain- lain hanya untuk seniman tidak ada. Bukan untuk personal seniman, ya untuk kelompok seni, saya kira sudah bagus” tutur Jimbling. (HS-08)