
HALO SEMARANG – Perilaku sebagian warga yang enggan memakai masker, mengundang keprihatinan para penyintas Covid-19. Karena itu mereka mengajak agar memakai masker bisa menjadi bagian hidup sehari-hari, terutama ketika bepergian.
Seorang penyintas Covid-19, Fitri warga Jangli menuturkan, saat ini dia merasa ngeri ketika melihat orang-orang yang menyepelekan penyakit ini. Fitri yang merupakan salah satu karyawan perusahaan swasta itu pun, terkenang akan penderitaannya ketika penyakit ini menyerangnya beberapa waktu lalu.
“Saat itu saya hanya melepas masker sebentar saat makan bersama, dan esoknya langsung muncul gejala,” kata dia.
Kepada Halo Semarang, Fitri menuturkan bosnya sebenarnya termasuk ketat dalam memberlakukan aturan bermasker di kantor.
“Bahkan kalau melihat ada karyawan tidak pakai masker, dia sudah marah-marah,” kata dia.
Namun memakai masker memang tidak bisa dilakukan terus menerus. Pada saat istirahat dan makan siang, bagaimana pun alat pelindung diri itu harus dilepas.
“Khan tidak mungkin kita makan dengan tetap memakai masker,” kata dia.
Fitri menduga, saat makan bersama itulah dia terkena paparan virus, hingga akhirnya sakit dan harus menjalani isolasi mandiri.
“Saat itu saya lengah. Saya dan teman-teman, makan bersama di satu meja sambil mengobrol,” kenangnya.
Ketika muncul gejala awal, yakni tenggorokan gatal, dia menduga itu hanya flu biasa. Tetapi dia kemudian curiga, karena tiga temannya yang sebelumnya makan bersama, juga merasakan gejala serupa.
Menjelang sore, mereka berempat merasa badan linu dan greges-greges. Obat sirup yang mereka minum pun, tak mampu meredakan gejala tersebut. Bahkan pada sore harinya, kondisi mereka makin memburuk.
“Keesokan harinya, kami berempat mulai demam dan batuk,” kata dia.
Ketika keadaan tidak membaik, pimpinan perusahaan pun mewajibkan mereka untuk swab antigen dan hasilnya positif.
“Saat itulah saya akhirnya benar-benar merasakan, betapa kena korona itu sungguh tidak enak. Saya memang dikirimi makanan-makanan kesukaan, tetapi lidah ini sudah tidak bisa merasakan. Semuanya hambar,” kata dia.
Walaupun sudah meminum obat-obatan yang diberikan dokter, namun saat itu dia benar-benar cemas. Apalagi harapannya untuk dirawat di rumah sakit pun tak terpenuhi.
“Semya rumah sakit di Kota Semarang penuh, sehingga akhirnya saya memutuskan untuk bertahan dengan isolasi mandiri,” kata dia.
Pada saat-saat semacam itu, dia berusaha untuk membangun semangat melawan korona. Perhatian dari keluarga dan orang-orang terdekat, menjadi pemacu semangatnya untuk sembuh.
“Semua makanan yang dikirimkan suami, saya lahap sampai tandas, walaupun rasanya hambar. Baru kali ini saya merasakan bakso yang biasanya paling enak, jadi masakan tanpa bumbu dan tanpa garam. Semuanya hambar, seperti makanan yang hanya direbus dengan air,” kata dia.
Oksigen Langka
Perjuangan untuk menghadapi Covid-19 juga dialami Sakti, warga Pedurungan. Kakak Sakti, Dian, warga Semarang Selatan menuturkan dia sangat panik ketika memperoleh kabar adiknya itu sudah mengalami sesak nafas.
Dengan berkeliling Kota Semarang, dia mencari toko alat kesehatan yang menjual oksigen. Tetapi dari semua toko yang didatangi, tak ada satu pun yang memiliki stok alat bantu pernafasan tersebut.
“Beruntung, melalui media sosial, saya berhasil memperoleh dari warga Kecamatan Tembalang yang memiliki persediaan oksigen tersebut,” kata dia.
Sama seperti Fitri, Sakti pun harus bersusah payah mencari rumah sakit yang masih sanggup menyediakan pelayanan. Rumah sakit demi rumah sakit didatangi, namun sebagian besar menyatakan sudah kuwalahan menampung pasien Covid-19.
“Beruntung ada satu rumah sakit yang masih bisa menolong. Adik saya akhirnya diperiksa, dirontgen, dan diberi obat,” tutur Dian.
Sama seperti Fitri, Dian pun meyakini bahwa vaksinasi serta protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengelir, menjaga jarak, tidak berkerumun dan mengurangi bepergian, merupakan cara paling ampuh untuk menangkal korona.
“Jangan abaikan korona. Tetap pakai masker. Penyakit ini benar-benar ada,” kata dia.
Sebelumnya, pemerintah di semua lini, termasuk Presiden Jokowi, telah berkali-kali meminta masyarakat untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan.
“Kita semua, baik yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin, baik yang berada di zona merah, zona oranye, zona kuning, dan zona hijau harus tetap berdisiplin menjalankan protokol kesehatan; memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” kata Presiden Jokowi, belum lama ini. (HS-08)