HALO KENDAL – Petani di wilayah Ringinarum, Kendal mengeluhkan terkait debit air yang mengalir ke persawahan mereka yang sangat kecil. Padahal saat ini musim hujan dengan intensitas tinggi.
Para petani khususnya di Desa Kedunggading merasakan aliran air untuk irigasi sawah mereka berkurang.
Menanggapi hal ini, Kepala Desa Kedung Gading, Kecamatan Ringinarum, M Budiyono pun melakukan pengecekan langsung ke saluran irigasi.
Budiyono mengatakan, pihaknya terus mengupayakan perbaikan saluran air di area persawahan di wilayahnya.
Menurutnya, debit air daerah Kedung Gading, kemudian di Ringinarum arah Desa Tejorejo, Galih dan Rowobranten itu sangat kecil.
Apalagi adanya penyumbatan akibat sedimentasi yang tinggi di pintu air yang membagi ke sejumlah desa.
“Setidaknya ada tiga titik sedimentasi yang sangat tinggi, sehingga menghambat air yang akan disalurkan. Jika dari atas dibuka, air tidak mengairi saluran dan justru meluap ke permukiman,” kata Budiyono.
Dikatakan, pihaknya sudah beberapa kali mengupayakan pengerukan sedimentasi dengan tenaga manusia, bahkan bersama-sama dengan tujuh desa melalui kelompok tani.
“Namun upaya ini hasilnya tetap tidak maksimal. Sebab saat hujan deras, sedimennya bertambah tebal. Kalau pakai tenaga manusia tidak mampu,” terang Budiyono.
Terkait penyebab terjadinya sedimentasi, Budiyanto menjelaskan, hal itu karena ada penggerusan tanah dari hulu yang cukup banyak.
“Jadi di pintu air ini, sedimennya sangat cepat. Jika dua tiga hari hujan deras otomatis sedimennya tinggi,” ungkapnya.
Untuk itu Budiyono berharap, adanya perhatian dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, untuk melakukan pengerukan menggunakan alat berat.
“Kalau pakai tenaga manusia, pasti tidak maksimal, akan kembali lagi sedimennya. Karena ini termasuk bencana tahunan, yang setiap tahunnya selalu menjadi problem. Saat sedimennya tinggi dipastikan petani-petani yang berada di daerah bawah akan kekurangan air. Jadi ini sangat merugikan petani,” tandasnya.
Selain itu, lanjut Budiyono, dengan tingginya sedimentasi, akan berdampak sosial di masyarakat.
“Ini sangat berisiko. Karena pada akhirnya ada konflik antarpetani, kemudian antardesa, hubungannya jadi gak bagus,” pungkasnya.(HS)