HALO SEMARANG – Pertumbuhan positif ekonomi Jateng didorong oleh kinerja investasi. Hal itu disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra melaporkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah melalui keterangan persnya, Selasa (15/2/2022).
“Kinerja investasi itu didorong oleh percepatan pembangunan proyek strategis nasional, di antaranya tol Semarang-Demak, tol Jogja-Bawen, tol Solo-Jogja, dan kawasan industri Batang,” ucap Rahmat.
Pada sektor swasta, Rahmat melanjutkan, investasi dilakukan untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik dan global.
“Peningkatan pesanan diakomodir dengan meningkatkan kapasitas produksi serta pembangunan pabrik atau gedung baru,” ungkapnya.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan kapasitas utilisasi pelaku usaha di Jawa Tengah meningkat, dari 75,34% pada triwulan III 2021 menjadi 77,17% pada triwulan IV 2021.
Peningkatan PDRB juga didorong oleh kinerja ekspor luar negeri Jawa Tengah yang tumbuh sebesar 55,43% tahun pertahun atau Year on Year (yoy). Hal ini sejalan dengan peningkatan ekspor non-migas Jawa Tengah yang tumbuh sebesar 44,56% YoY pada triwulan IV 2021, lebih tinggi dari triwulan III 2021 sebesar 32,75% YoY, terutama didorong oleh ekspor komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT), kayu dan furniture, serta alas kaki.
Hal ini, tambah Rahmat, didorong oleh peningkatan permintaan dari negara mitra dagang utama yakni Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, serta pengalihan order dari negara produsen lainnya, seperti Vietnam akibat pembatasan mobilitas di negara tersebut.
Konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar terhadap perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 2,91% YoY, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,75% YoY.
“Konsumsi rumah tangga mulai membaik sejalan dengan pelanggaran kebijakan PPKM serta perayaan Natal dan Tahun Baru,” imbuh Rahmat.
Dari sisi lapangan usaha (LU), sumber pertumbuhan terbesar PDRB triwulan IV 2021 berasal dari LU Industri Pengolahan dengan andil terhadap PDRB sebesar 2,02% dan pertumbuhan sebesar 6,00% (yoy).
“Hal ini didorong oleh permintaan global dan domestik yang membaik. Relokasi pabrik alas kaki ke Jawa Tengah semakin meningkatkan produksi industri pengolahan di Jawa Tengah,” ungkap Rahmat menjelaskan.
Pemanfaatan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) untuk sektor esensial berorientasi ekspor dan domestik serta padat karya, mampu menjaga produktivitas sektor industri. Sejalan dengan itu, Kinerja LU perdagangan juga tumbuh positif sebesar 5,52% (yoy).
Selain didorong oleh pelonggaran PPKM dan peningkatan permintaan di periode Nataru, peningkatan ini juga didorong oleh Insentif pemerintah berupa relaksasi PPnBM kendaraan bermotor dan PPN yang berdampak terhadap perbaikan kinerja penjualan kendaraan bermotor dan properti.
Dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2021, perekonomian Jawa Tengah selama 2021 tumbuh 3,32% (yoy), meningkat dibandingkan 2020 yang sebesar -2,65% (yoy). Perbaikan ekonomi Jawa Tengah pada 2021 didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan global.
Dari sisi pengeluaran, sumbangan terbesar peningkatan PDRB bersumber dari investasi dan konsumsi rumah tangga. Dari sisi lapangan usaha, LU perdagangan memiliki andil besar terhadap peningkatan ekonomi Jawa Tengah di 2021 diikuti oleh LU industri pengolahan dengan sumbangan terhadap PDRB masing-masing sebesar 0,84% dan 0,78%.
Peningkatan LU perdagangan dan industri pengolahan tersebut juga tercermin pada kenaikan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha yang tercatat 5,81%, lebih tinggi dari 2020 sebesar -19,45%.
“Prompt Manufacturing Index (PMI) Jawa Tengah juga meningkat menjadi 48,50 selama 2021, lebih tinggi dari 35,80 pada tahun sebelumnya,” katanya.
Ke depan, pemulihan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan terus berlanjut didukung oleh akselerasi vaksinasi, dan membaiknya perekonomian global yang selanjutnya meningkatkan ekspor luar negeri Jawa Tengah dan berdampak positif terhadap industri di Jawa Tengah.
Dukungan bantuan sosial yang berlanjut di 2022, peningkatan aktivitas industri pengolahan, disertai perbaikan upah minimum, akan menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat dan peningkatan permintaan domestik.
Jawa Tengah yang memiliki kawasan industri terpadu, akan menjadi penarik investor dalam merelokasi pabrik maupun investasi teknologi terkini. Kinerja investasi diperkirakan juga meningkat, ditopang oleh investasi pemerintah dan swasta.
“Selain itu, peran stimulus fiskal dan kenaikan penyerapan anggaran berkontribusi positif dalam menyangga pemulihan ekonomi,” katanya.
Oleh karenanya, Rahmat mengatakan, guna mendorong produktivitas sektor sektor utama di Jawa Tengah dan menjaga iklim investasi agar tetap kondusif, sinergi antarpemangku kebijakan menjadi syarat utama bagi pemulihan ekonomi, dan menjadi pendorong pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah yang berkesinambungan.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, Adhi Wiriana melaporkan perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV 2021 tumbuh 5,42% YoY, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,73% YoY dan lebih tinggi dibandingkan perekonomian Nasional yang tumbuh 5,02% YoY.
“Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terbesar adalah investasi dengan andil terhadap PDRB sebesar 2,14% dan pertumbuhan sebesar 7,124 (yoy),” kata Adhi.(HS)