HALO BANJARNEGARA – Lebih dari 200 anak penyandang disabilitas sensorik (tunarungu), menampilkan beragam seni, di Pendapa Dipayudha Adigraha, Minggu (28/9/2025) dalam puncak perayaan Pekan Tuli Internasional 2025.
Ada dari mereka yang menampilkan Tari Dawet Ayu khas Banjarnegara sebagai pembuka acara, pantomim, hingga drama menggunakan bahasa isyarat.
Masih dalam rangka perayaan Pekan Tuli Internasional 2025, sebelumnya dilaksanakan berbagai kegiatan oleh komunitas penyandang tunarungu di Banjarnegara.
Ketua Panitia Pekan Tuli Internasional Banjarnegara, Lutfi Aditya, melalui bahasa isyarat dan bantuan narator menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan selama kegiatan berlangsung
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Banjarnegara, Indarto hadir mewakili Bupati untuk membuka kegiatan.
Dalam sambutannya, Sekda menyampaikan apresiasi atas kolaborasi berbagai pihak dalam memperjuangkan hak dan kesetaraan penyandang disabilitas.
“Pemerintah Kabupaten Banjarnegara berkomitmen menjadikan pembangunan inklusif sebagai bagian penting dari arah kebijakan daerah. Setiap warga, termasuk penyandang disabilitas, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan layanan publik dan ruang partisipasi,” ujar Indarto.
Sekda menambahkan, setiap 23 September diperingati sebagai Hari Bahasa Isyarat Internasional.
Tema peringatan tahun ini selaras dengan tema Pekan Tuli Internasional yang berlangsung pada 22–28 September 2025, yakni “No Human Rights Without Sign Language Rights” (Tak Ada Hak Asasi Manusia Tanpa Hak atas Bahasa Isyarat).
“Guna mendukung hal tersebut, Pemkab memberikan dukungan kepada Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) di Banjarnegara, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan, kesetaraan hak, dan kemandirian penyandang tunarungu,” ujar Sekda.
Meski demikian, masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi, di antaranya keterbatasan penguasaan bahasa isyarat di masyarakat, minimnya jumlah pendidik bahasa isyarat, serta masih adanya stigma negatif dalam masyarakat.
“Teman Tuli membutuhkan dukungan dari teman dengar. Bahasa isyarat adalah jembatan persaudaraan. Melalui bahasa isyarat, kita berusaha mewujudkan keadilan yang inklusif,” imbuhnya.
Berdasarkan data Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA), jumlah penyandang disabilitas sensorik (tuna rungu) di Kabupaten Banjarnegara mencapai 1.123 orang.
Pemerintah daerah terus melakukan berbagai upaya peningkatan layanan melalui pelatihan, peningkatan keterampilan, serta bantuan alat bantu dengar bagi penyandang disabilitas.
Kegiatan juga dihadir Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Barijadi Djumpaedo, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Anang Sutanto, Plt Kepala Dinsos PPPA Aditya Agus Satria, kepala sekolah dan guru SLB serta aktivis dan komunitas tuna rungu Banjarnegara. (HS-08).