HALO SEMARANG – Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Perdagangan menggelar bazar dengan tema “UMKM Bahagia di September Ceria” di Lobi Gedung 1 Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (11/9/2024).
Ketua DWP Kemendag, Danty Budi Santoso, ketika membuka acara mengatakan bazar ini diselenggarakan dengan tujuan mempromosikan produk-produk lokal agar makin diminati dan dikenal oleh masyarakat luas, sehingga mereka bangga menggunakan produk lokal.
Lebih lanjut, Danty menyatakan bahwa dengan menggunakan produk dalam negeri, berarti kita juga turut membantu memulihkan dan mendukung UMKM lokal.
Selain itu, penggunaan produk dalam negeri juga dapat membantu menekan tingkat penggangguran dan menggeliatkan perekonomian.
Pada bazar kali ini, terdapat 28 stan yang ikut berpartisipasi.
Stan-stan tersebut menjual produk pakaian dan kecantikan, seperti batik, baju muslim, baju anak, tas.
Selain itu, terdapat 15 tenda kerucut yang menjual berbagai makan khas nusantara, seperti sate maranggi, empal gentong, soto ayam, dan pecel sayur.
Untuk diketahui, sate maranggi merupakan kuliner khas Purwakarta, Jawa Barat. Dalam sebuah artikel yang disampaikan disipusda.purwakartakab.go.id, konon, sate maranggi awalnya merupakan hasil kreasi para pekerja di sebuah peternakan domba di Kecamatan Plered.
Saat itu, para pekerja hanya bisa menikmati makanan berbahan dasar daging domba ini di waktu-waktu tertentu. Itupun, kadang merupakan daging sisa potongan.
Menurut cerita yang dirangkum dari berbagai sumber, dari sanalah mulai muncul ide dari para pekerja itu.
Mereka berfikir, bagaimana caranya daging domba sisa ini bisa diolah menjadi makanan yang lezat.
Akhirnya, mereka menemukan resep untuk mengolah daging sisa tersebut. Daging sisa itu, kemudian mereka potong-potong kecil supaya bisa digunakan dan dimakan secara berkala tanpa membusuk.
Potongan daging itu pun mereka rendam dalam racikan rempah-rempah dengan menambah sedikit gula aren.
Walhasil, air rendaman itu bisa membuat daging tersebut awet dan memiliki citarasa tersendiri.
Penemuan racikan daging dari para pekerja ternak ini pun terdengar santer di masyarakat.
Namun sejak diciptakan, panganan dari desa itu tak memiliki nama baku dan warga saat itu hanya menyebutnya sate.
Hingga pada akhirnya, di Kecamatan Plered, terdapat warung sate domba yang tersohor milik Mak Anggi.
Seiring berjalannya waktu, penyebutan sate Mak Anggi pun berubah hingga menjadi sate Makanggi dan kini lebih dikenal dengan nama beken sate maranggi.
Kiprah pedagang sate maranggi yang lahir di Kecamatan Plered pun terus menyebar ke berbagai daerah dengan resep yang semakin bervariasi. Bahkan bukan hanya di Purwakarta, sate ini pun mulai banyak variasinya hingga ke Cianjur, Sukabumi, dan Subang.
Sementara itu, empal gentong, seperti dirilis disparbud.jabarprov.go.id, merupakan salah satu kuliner khas Cirebon.
Makanan ini sangat digemari karena memiliki citarasa yang khas dan begitu nikmat. Empal Gentong merupakan masakan sejenis gulai yang berisi daging sapi dengan kuah santan. Selain daging, biasanya ada campuran usus, babat, dan juga kikil.
Dinamakan Empal Gentong karena makanan ini dimasak lewat media gentong tanah liat yang berukuran besar.
Hal tersebut sudah dilakukan oleh masyarakat Cirebon selama bertahun-tahun. Kuliner ini sangat mudah ditemukan jika berkunjung ke kota atau kabupaten Corebon. Yang paling familiar yaitu Empal Gentong Haji Apud yang telah didirikan sejak 19. (HS-08)