in

Pasar Hewan Ditutup, Disnakan Boyolali Konsentrasi Penanganan di Kandang Ternak

Kepala Desa Madu, Tri Haryadi saat di kandang perternakan sapi milik warga. Selasa (14/6/2022). (Foto : Boyolali.go.id)

 

HALO BOYOLALI – Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Boyolali, melakukan berbagai upaya untuk menangani merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menutup lima pasar hewan, 11 Mei hingga 20 Juni 2022. Kelima pasar hewan di Kabupaten Boyolali yang ditutup, yakni Pasar Hewan Jelok di Kecamatan Cepogo, Pasar Hewan Karanggede, Pasar Hewan Kalioso di Kecamatan Nogosari, Pasar Hewan Simo, dan Pasar Hewan Ampel.

Selain menutup pasar hewan, Disnakan juga melakukan sosialisasi pada peternak, hingga melibatkan Palang Merah Indonesia (PMI), untuk melakukan penyemprotan disinfektan.

Kepala Disnakan Kabupaten Boyolali, Lusia Dyah Suciati, menjelaskan dengan penutupan pasar-pasar hewan tersebut, pihaknya dapat lebih berkonsentrasi menangani PMK di kandang ternak milik masyarakat.

Jajaran Disnakan Kabupaten Boyolali, juga menerjunkan tim reaksi cepat yang terdiri atas 22 penyuluh, 40 petugas puskeswan, 77 inseminator, dan dibantu PMI Kabupaten Boyolali.

“Kami berikan pemahaman penyakit ini penularannya sangat tinggi. Kalau tidak dilakukan penanganan secepatnya pada sapi yang berindikasi, akan berpotensi menular kepada sapi yang lain atau kandang terdekatnya. Sehingga kami mengajak seluruh masyarakat bekerja sama dengan kami,” kata Lusi, dalam sosialisasi pencegahan PMK, di Balai Desa Madu, Kecamatan Mojosongo, Selasa (14/6/2022).

Melalui berbagai upaya itu, Disnakan Kabupaten Boyolali mencatat adanya peningkatan angka kesembuhan, dari semula 41 ekor sembuh kini meningkat jadi 428 ekor.

Dalam sosialisasi itu, dia meminta peternak untuk melapor, apabila menemukan ternak yang kurang sehat. Mereka juga diimbau untuk melakukan disinfeksi kandang dua kali tiap hari.

Sosialisasi PMK tersebut disambut baik oleh Kepala Desa Madu, Tri Haryadi. Menurutnya, dari 1.000 ekor sapi di desanya, 700 hingga 800 ekor suspek atau bergejala PMK.

Namun setelah ditangani, ratusan ternak itu dapat kembali sehat. Sehingga harga jual sapi dapat normal kembali, yakni pada kisaran Rp 70-80 juta per ton dan tidak merugi.

“Dengan adanya PMK itu karena harga sapi sehat mestinya juga naik atau langka kemudian yang terdeteksi untuk penyakit itu mestinya juga tidak bisa dijual. Akhirnya peternak yang mengalami sapinya kena PMK jelas ruginya sangat besar,” ungkapnya.

Merebaknya PMK di Desa Madu ini turut dirasakan oleh peternak sapi perah setempat, Triyanto. Dia mengatakan bahwa kini sapi miliknya mengalami penurunan produksi susu, yang hanya mampu menghasilkan 3-4 liter susu dari yang semula 15 liter.

“Untuk para peternak sapi yang ada di wilayah kami itu hampir kerugiannya besar sekali. dari pakan sudah mahal, terus kita kadang makan tidak habis otomatis kebuang semua kerugian kami dari produksi susu dari biaya produksi itu besar,” tuturnya. (HS-08)

Hadiri Akhirusannah di SD Muhammadiyah Tegalgede, Bupati Karanganyar Minta Orang Tua Tak Marahi Anak

Tiket Masuk KIE Rp 25 Ribu, Bupati Meminta Ada yang Gratis