HALO BATANG – Pemberian obat dalam bentuk puyer, merupakan salah satu solusi agar balita tetap dapat memperoleh obat yang dibutuhkan, setelah adanya pelarangan sementara pemberian obat dalam bentuk sirop.
Hal itu disampaikan dokter spesialis anak dari di RSUD Kalisari, Kabupaten Batang, Tan Evi Susanti, baru-baru ini, berkaitan dengan pelarangan sementara pemberian obat dalam bentuk sirop.
Pelarangan tersebut antara lain disampaikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), terkait adanya ratusan anak yang terkena gagal ginjal akut.
“Bayi mulai 8 bulan belum bisa minum tablet. Otomatis harus dibuat puyer. Jadi khusus untuk balita lebih baik minum puyer dulu, sampai ada ketentuan lebih lanjut,” kata dia, di RSUD Kalisari, Kabupaten Batang, baru-baru ini.
Tan Evi Susanti juga meminta masyarakat untuk menunggu keputusan BPOM dan Kementerian Kesehatan, terkait obat-obatan yang tidak boleh diberikan.
“Gangguan ginjal akut pada anak sampai sekarang masih dalam tahap dugaan. Sebab utamanya masih belum diketahui. Hanya saja saat ini BPOM terus melakukan pengujian terhadap dua senyawa itu,” kata dia, seperti dirilis batangkab.go.id.
Ia menyarankan, selain meminum obat puyer, dapat pula menerapkan cara konvensional untuk mengatasi demam, yakni dengan rutin mengompres dengan air hangat, cukup minum air, dan istirahat.
“Secara medis tidak disarankan menggunakan ramuan bawang merah untuk menurunkan panas pada anak,” tegasnya.
Menanggapi fenomena merebaknya obat sirop yang mengandung senyawa Etilen Glikol dan Dietilen Glikol, membuat Muzi, salah satu orang tua merasa khawatir.
“Saat ini lebih memilih untuk membeli obat sesuai resep dokter. Dan kebetulan anak saya dalam kondisi sehat, jadi tidak perlu meminum obat,” kata dia.
Ia merasa cemas ketika mendengar informasi banyaknya anak yang terserang gagal ginjal akut pada anak.
“Saran saya sih perbaiki dulu obatnya, produksi obat sirop yang benar, agar anak sehat dan aman,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI resmi menghentikan sementara penggunaan obat-obatan cair atau sirup.
Upaya ini dilakukan guna meminimalisasi fatalitas gangguan ginjal akut misterius pada anak.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes RI), dr Dante Saksono Harbuwono, seperti dirilis tribratanews.polri.go.id, mengatakan sebanyak 15 produk sirup obat di Indonesia, teridentifikasi mengandung etilen glikol, salah satu senyawa yang dikaitkan dengan gagal ginjal akut
“Kita sudah mengidentifikasi 15 dari 18 obat yang diuji uji sirup masih mengandung etilen glikol,” kata dr Dante Saksono Harbuwono di Hospital Expo PERSI
Wamenkes menambahkan paracetamol tetap aman digunakan meski beredar kabar bahwa paracetamol turut andil dalam kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal. Dia juga menyarankan para orang tua berkonsultasi dengan dokter jika ingin memberikan obat buat anak.
Dante Saksono menambahkan, Kemenkes saat ini bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ahli epidemiologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), farmakolog dan puslabfor Polri, masih memeriksa penyebab pasti dan faktor risiko penyebab gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak. (HS-08)
