HALO SEMARANG – Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Indonesia siap untuk menjadi pemain utama dalam industri mobil listrik. Salah satu alasannya adalah bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar, yang merupakan bahan baku utama industri baterai untuk kendaraan listrik.
Dengan sumber daya alam itu, Indonesia mampu membangun industri baterai, termasuk bekerja sama dengan negara lain.
“Saya sudah perintahkan PLN, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan mengubah strategi bisnisnya pascapandemi. PLN sudah on the track dan sudah ikut dalam konsorsium BUMN, untuk pembuatan EV battery, bekerja sama dengan perusahaan dari Korea dan China. Insya Allah, Februari ini, saya akan membuka pembicaraan dengan Tesla, untuk mengembangkan kerja sama ini,” jelas Erick, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (2/1), seperti dirilis BUMN.go.id.
“Selain mengantisipasi mobil listrik, sudah seharusnya juga PLN aktif mengembangkan kompor listrik. Hal ini adalah solusi menekan impor bahan bakar,” tambahnya.
Ada sejumlah alasan mengapa Indonesia akan menjadi pemain utama industri mobil listrik. Sejalan dengan misi Presiden Jokowi yang ingin mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam industri mutakhir dikarenakan sumber daya alam Indonesia mendukungnya.
Sebagai salah satu negara dengan sumber daya nikel yang terbesar, hal ini mendukung Indonesia jadi produsen utama sumber daya baterai mobil listrik.
“Baterai sendiri merupakan komponen utama dalam produksi mobil listrik. Dengan kekayaan alam yang kita miliki, tentu harus didukung dengan kualitas sumber daya manusia kita, agar mampu menjadi produsen utama dalam industri mobil listrik,” kata Erick.
Bus Listrik
Sementara itu selain mengembangkan pembuatan baterai, Indonesia juga telah berupaya mengembangkan bus listrik. Adalah PT Industri Kereta Api (Inka) Persero, yang kini melakukan uji coba operasional bus listrik produknya, di DKI Jakarta dengan melibatkan Transjakarta itu, bertujuan mengetahui performansi baterai, motor, dan sebagainya pada rute operasional Transjakarta.
Pengujuan tersebut juga dalam rangka upaya Inka, untuk menawarkan E-Inobus ukuran 8-meter ke Transjakarta. “Saat ini, INKA sedang menawarkan E-Inobus ukuran 8-meter ke Transjakarta, di manaTransjakarta mensyaratkan pengujian bus selama kurang lebih 3 bulan pada rute operasional mereka,” kata SM Pengembangan Produk dan Teknologi PT INKA (Persero) Febry Pandu Wijaya, beberapa waktu lalu. (HS-08)