HALO BATANG – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, memberikan akses bagi Pemerintah Kabupaten Batang, untuk memperoleh data pasti mengenai hari jadi kabupaten itu secara akademis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun kualitas.
Hal itu disampaikan Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat, yang merupakan adik dari Sri Sultan Hamengkubuwana X, ketika menerima kunjungan tim dari Yayasan Nusahada Batang, di kediamannya Dalem Yudhanegaran, baru-baru ini.
Tim tersebut datang ke Jogja, untuk melakukan penelusuran, terkait penentuan hari jadi Kabupaten Batang.
“Kami akan bantu apa yang bisa bermanfaat di sana. Rakyat Batang apakah menghendaki hari lahir yang sesuai era Sultan Agung atau awal berdirinya Batang, kami mengikuti,” kata GBPH Yudhaningrat, seperti dirilis batangkab.go.id.
Dalam arahannya, Gusti Yudha, sapaan akrabnya, mengimbau seluruh elemen masyarakat Batang, untuk memiliki pandangan yang sama, mengenai penelusuran hari lahir ini.
Dengan demikian ketika menemukan tanggal pasti kelahiran Kabupaten Batang, semuanya nyaman dan tidak melanggar hukum.
“Semoga setelah ditemukannya hari lahir Kabupaten Batang itu, jadi lebih aman, masyarakatnya tambah sejahtera dan Bupati beserta wakil rakyatnya mau melaksanakan amanat penderitaan rakyat, sehingga makin makmur,” harapnya.
Gusti Yudha juga menekankan kembali pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono X beberapa tahun silam, bahwa menurut sejarah, Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Kabupaten Batang.
“Ratu Batang itu prameswari (permaisuri) dari Sultan Agung. Ya kami yang merupakan anak cucu dari Sultan Agung dan Gusti Kanjeng Ratu Batang, merasa senang dan merasa memiliki, apalagi Batang bagian dari Mataram,” kata Gusti Yudha.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Nusahada Desa Mulia, Sodikin mengharapkan ada titik terang, untuk melengkapi data dalam proses pengulikan kembali sejarah Kabupaten Batang.
“Keraton Yogyakarta dipilih karena dalam beberapa literatur dan peta, Batang itu masuk wilayah Kesultanan Yogyakarta, setelah Perjanjian Giyanti. Jadi diyakini di sini banyak sumber yang bisa digali,” ungkapnya.
Gusti Yudha bersama akademisi, siap membantu dengan melacak keberadaan arsip, baik di dalam Keraton maupun di Kota Leiden, Belanda.
“Salah satunya akan menemui Prof Sri Margana, akademisi dari UGM, karena membidangi sejarah Yogyakarta dan Jawa, sehingga datanya akurat,” kata dia. (HS-08)