JELANG Natal dan Tahun Baru (Nataru) membawa berkah bagi wirausaha pembuat kue tart. Salah satunya, Dyah Retnaji Titisari warga Jalan Taman Suryo Kusumo Tlogosari, Kota Semarang.
Dalam beberapa hari terakhir dia mengaku harus sudah sibuk sejak pagi untuk menyiapkan kue tart pesanan pelanggan.
Ia bergelut dengan tepung dan berbagai bahan untuk membuat roti tart di ruang tengah rumahnya.
Membentuk karakter binatang, butiran salju, hingga tokoh Santa Claus dari fondant warna yang dilakukannya secara teliti.
Dyah merupakan seorang wirausaha pembuat kue serta berbagai macam roti rumahan. Namun tak seperti pembuat makanan ringan umumnya. Karena ia membuka jasa pemesanan pembuatan roti tart custom, jadi pembeli bisa memasan sesuai keinginan dan berbagai bentuk hingga rasa.
Jelang perayaan Natal serta pergantian tahun kali ini, wanita yang sudah melakoni pembuatan roti tart custom selama 10 tahun tersebut ikut mendapatkan berkah.
Pasalnya pesanan roti tart dengan bentuk pernik Natal meroket, bahkan ia mengatakan permintaan melonjak hingga 75 persen dari hari biasa.
“Sudah dari pekan lalu permintaan terus berdatangan, ya berkah buat saya jelang perayaan Natal tahun ini,” papar dia, Jumat (24/12/2021).
Belasan kue tart khas Natal ia buat setiap hari, bahkan Dyah menuturkan sempat kewalahan memenuhi pesanan pelanggan.
“Karena yang membantu saya hanya suami jadi saat banyak pesanan, kami juga kewalahan. Karena tak jarang membuat 15 hingga 20 tart dalam sehari, padahal untuk membuat satu tart membutuhkan waktu sekitar 4 jam,” jelas Dyah yang menamai usaha rumahannya dengan nama Shereenacakes itu.
Ia mengaku dari awal Desember hingga kini, sudah membuat ratusan tart pesanan untuk Natal dan pergantian tahun.
“Kalau ratusan mungkin sudah ada, meski masih pandemi namun prosentase pemesan sudah pulih seperti sebelum pandemi,” paparnya.
Terkait harga, Dyah mengatakan, tart custom buatannya paling murah dipatok dengan harga Rp 250 ribu.
“Paling kecil ukuran diameter 16 centimeter Rp 250 ribu, untuk diameter 18 centimeter Rp 350 ribu, namun ada juga yang lebih mahal. Tergantung tingkat kesulitan pesanan, karena tak jarang banyak karakter ataupun model yang biasanya dipesan oleh pelanggan untuk ditempatkan di atas tart,” ucapnya.
Sembari sibuk membentuk karakter untuk ditempatkan di atas tart, wanita yang acap kali menjadi pelatih di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Semarang itu menerangkan, pemasan tart buatannya kebanyakan dari warga Kota Semarang saja.
“Meski ada yang dari luar daerah tapi tidak sebanyak dari dalam Kota Semarang. Untuk pemasaran saya lakukan melalui media sosial seperti Instargram,” terang Dyah.
Usai tart pesanan yang dibuat Dyah selesai, ia pun memasukan tart tersebut ke kardus khusus untuk makanan. Dyah menerangkan, kemasan juga sangat berpengaruh terhadap penjualan produk buatannya.
“Banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya rasa, bahan yang benar-benar bermutu, kemasan, serta warna dan pemasaran,” katanya.
Dyah juga memberi tips untuk para wirausahawan muda yang masih mencoba mengembangkan produk.
“Intinya jangan takut gagal, tetap semangat, masalah laku atau tidak jangan terlalu dipikirkan, yang paling penting adalah percaya diri terlebih dahulu,” tambahnya.(HS)