HALO SEMARANG – Nilai-nilai budaya kearifan lokal suku Samin di Blora, Jawa Tengah, rupanya menjadi pengetahuan menarik untuk dikaji dalam sebuah pertemuan ilmiah berkelas internasional.
Adalah Syahrul Kirom, dosen Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati, Cirebon, yang membawakan materi tentang Suku Samin Blora tersebut dalam Dil, Edebiyat ve Kültür Araştırmaları Kongresi (DEKAK) ke-18 tahun 2024, Kamis (10/10/2024) di Ankara, Turkiye.
Tak hanya tentang Samin, pengetahuan tentang kearifan lokal lain juga disampaikan sejumlah dosen dari perguruan tinggi tersbut, dalam Kongres Penelitian Bahasa, Sastra dan Budaya Internasional tersebut.
Selain Syahrul Kirom, para dosen dari FUA UIN Siber Syekh Nurjati, Cirebon.lainnya adalah Amin Iskandar, Hajam, dan Rijal Mahdi, dan Anwar Sanusi.
Lebih lanjut, Syahrul Kirom menyampaikan bahwa suku samin memiliki etika yang tinggi, menjunjung kejujuran, dan menghindari perilaku yang merugikan orang lain.
“Mereka sangat menentang pencurian, apalagi korupsi, yang dianggap sangat tidak etis,” kata dia, seperti dirilis kemenag.go.id.
Selain itu, sikap hati-hati dan waspada dalam berkomunikasi juga menjadi ciri khas masyarakat Samin.
Mereka berusaha tidak melukai perasaan orang lain saat berbicara. Karakter positif ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan mengadopsi sikap dan nilai-nilai dari suku Samin, masyarakat Indonesia dapat membangun interaksi sosial yang lebih harmonis dan berintegritas. Hal ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan etika yang baik dan saling menghormati di tengah beragam budaya yang ada di Indonesia,” sebutnya.
Adzan Pitu
Sementara itu Amin Iskandar dan Hajam, menjelaskan tradisi Adzan Pitu dan khutbah berbahasa Arab di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, dari perspektif bahasa dan budaya.
Tradisi Azan Pitu, yang menjadi ciri khas masjid ini, melibatkan tujuh muadzin yang melantunkan azan secara serentak setiap hari Jumat.
Praktik ini sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di Cirebon.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejarah dan budaya di balik tradisi tersebut, serta mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap khotbah dalam bahasa Arab. Metode yang digunakan mencakup wawancara, observasi partisipatif, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat melihat tradisi ini sebagai bentuk perlindungan spiritual.
“Pemahaman jemaah terhadap teks khotbah bervariasi, tergantung pada latar belakang pendidikan agama dan penguasaan bahasa Arab. Meskipun tidak semua memahami sepenuhnya, mayoritas merasa menangkap inti pesan yang disampaikan,” ujar Amin Iskandar.
“Observasi juga menunjukkan perpaduan harmonis antara budaya lokal Cirebon dan unsur keagamaan Arab, dengan elemen lokal dalam partisipasi masyarakat dan elemen Arab dalam teks-teks keagamaan. Penelitian ini menekankan pentingnya pelestarian tradisi adzan pitu sebagai warisan budaya Indonesia,” sambung Hajam.
Sementara Rijal Mahdi, dan Anwar Sanusi, keduanya mempresentasikan penelitian mereka tentang manuskrip Keraton Kanoman.
“Keraton ini menyimpan harta budaya berharga berupa manuskrip kuno dalam bahasa Arab, Jawa, Sunda, dan bahasa lokal lainnya,” ungkap Rijal.
Penelitian ini berfokus pada investasi warisan kuno untuk masa kini dan masa depan, dengan proses filologis yang penting untuk menghidupkan teks-teks tersebut melalui media baru, sehingga dapat diakses generasi mendatang.
Tujuan utama penelitian adalah melaksanakan tahap filologis dalam penyelidikan teks, menerjemahkan naskah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, serta melakukan analisis kritis terhadap manuskrip bernomor (KN-16) yang merupakan harta berharga dari Keraton Kanoman.
Metode yang digunakan meliputi teori penyelidikan dan penerjemahan oleh Prof Dr Amani Lubis, serta kritik teks oleh Al-Syarqawi.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa manuskrip (KN-16) membahas ajaran Islam, termasuk keyakinan, teori kepemimpinan, dan konsep kebaikan serta keburukan, berpotensi membuka peluang bagi peneliti untuk mengungkap nilai-nilai warisan kuno demi menghadapi tantangan masyarakat saat ini,” tandasnya. (HS-08)