HALO SEMARANG – Pemerintah Kabupaten Grobogan, siap berbagi pengalaman dan menyebarkan hasil inovasi di bidang pertanian dan pelayanan publik ke daerah lain yang ingin mereplikasi.
Hal itu disampaikan Wakil Bupati Grobogan, Bambang Pujiyanto, saat menghadiri acara Penandatanganan Komitmen Replikasi Inovasi Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan, Selasa (3/9/2024) di Purwodadi, Grobogan.
Acara Penandatanganan Komitmen diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB), dihadiri pula oleh para pejabat dan perwakilan daerah lain.
“Pemerintah Kabupaten Grobogan, dengan senang hati dan kedua tangan terbuka, jika Bapak/Ibu dari Kab/Kota ada yang bermaksud mereplikasi inovasi kami. Kami akan mendampingi dan support segala inofrmasi yang diperlukan,” kata dia, seperti dirilis setda.grobogan.go.id.
Ia juga menjelaskan, bahwa Pemerintah Kabupaten Grobogan telah memiliki berbagai inovasi di bidang pertanian dan pangan, seperti Rumah Kedelai Grobogan (RKG), Rat Hunter, dan Lumbung Pangan Reborn.
Menurut dia, semuanya telah terbukti memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Tidak hanya berfokus pada sektor pertanian, Grobogan juga memperluas inovasi ke berbagai bidang lainnya, termasuk administrasi kependudukan, kesehatan, dan pendidikan.
Misalnya, di bidang administrasi kependudukan, terdapat inovasi Menikah atau Cerai, KK dan KTP seketika itu kumiliki (Mencari Kekasihku), Berikan Akta Kematian dan Akta Kelahiran (Beramal), dan Begitu Dicetak, KTP KIA Diantar (Becak Pintar).
Sedangkan di bidang kesehatan, ada program Gerakan Cegah Stunting (Geceg Stunting), dan di bidang pendidikan, terdapat inovasi Gerakan Mesti Sekolah (Gemes).
Acara ini juga dihadiri oleh Asisten Deputi Koordinasi dan Fasilitasi Strategi Pengembangan Praktik Terbaik Pelayanan Publik, Ajib Rakhwanto yang mewakili KemenpanRB.
Ajib menyatakan bahwa inovasi pelayanan publik, harus terus dikembangkan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas.
Ia menekankan pentingnya replikasi inovasi seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Grobogan, agar daerah-daerah lain dapat mengambil manfaat yang sama.
Hardi Warsono, dari Universitas Diponegoro, sebagai narasumber menguraikan bahwa inovasi tidak harus selalu baru atau orisinal.
Ia mengajak seluruh peserta untuk melihat replikasi inovasi sebagai kesempatan untuk memperluas manfaat inovasi yang sudah terbukti berhasil.
Proses replikasi ini menjadi penting karena memungkinkan penyebaran manfaat inovasi ke unit atau instansi lainnya.
Replikasi inovasi, sebagaimana dijelaskan oleh Prof Hardi, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan: adopsi, adaptasi, dan modifikasi.
Pendekatan ini membuka peluang bagi daerah lain untuk mengimplementasikan praktik baik dari Kabupaten Grobogan, dengan menyesuaikan atau bahkan mengembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan lokal.
Melalui replikasi inovasi ini, Grobogan berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di seluruh Indonesia. (HS-08)
