HALO BATANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang membentuk Remaja Sehat Alas Roban (Rest Aro), yang didominasi kaum muda.
Sebagai kader perubahan, mereka diharapkan dapat berkontribusi untuk mengajak masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Dalam Pembentukan dan Pelatihan Kader Kesehatan Remaja Sehat Alas Roban (Rest Aro), di aula Hotel Sendang Sari, Kabupaten Batang, Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Batang, Mutmainah mengatakan kegiatan tersebut untuk menggerakkan para pemuda menuju generasi yang sehat.
“Saat ini masalah kesehatan di Kabupaten Batang ini kompleks, antara lain masalah kematian ibu, stunting dan membiasakan pola hidup bersih serta sehat. Kami mengupayakan remaja menjadi kader perubahan bagi sebayanya, untuk hidup bersih dan sehat,” kata Mutmainah, seperti disampaikan batangkab.go.id, Rabu (18/11).
Lebih lanjut, dia menerangkan berbagai materi telah disampaikan para narasumber, di antaranya dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang memotivasi para pemuda supaya mampu berkontribusi besar masyarakat.
“Kami juga mengundang narasumber psikolog dan dokter spesialis kandungan, sebab berdasarkan angket yang disebarkan sebelumnya, ternyata remaja sering menghadapi perundungan, kehamilan yang tidak diinginkan, stres, canggung dan lainnnya,” jelasnya.
Materi-materi seputar itulah yang dibutuhkan remaja, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dan langkah yang tepat untuk mengatasi serta mengantisipasi agar hal serupa tak terjadi lagi.
“Remaja-remaja ini akan menjadi pemimpin kita 5 atau 10 tahun mendatang, maka mereka harus memiliki keterampilan dalam berkesehatan artinya dapat menjadi agen perubahan, menjadi teladan bagi teman sebayanya dan kontribusi mereka bukan suatu hal yang sederhana melainkan peran besar untuk membantu mengentaskan masalah kesehatan di Kabupaten Batang,” tandasnya.
Sementara itu, ahli psikologi, yang juga Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pekalongan, Nur Agustina, SPsi, MM, yang hadir sebagai salah satu narasumber, memaparkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) merupakan kepanjangan dari kemampuan hidup yang diutamakan dalam bidang psikologi sosial, sehingga ke depan mampu mengambil keputusan yang tepat, mengelola stres yang baik, mengontrol emosi dan berpikir kreatif dalam setiap kali menghadapi permasalahan.
“Pemuda dapat bermanfaat bagi sesama, mengembangkan empati supaya mereka bisa beradaptasi dan berperilaku positif terhadap semua tuntutan serta tantangan hidup. Remaja yang sudah mempunyai pendidikan keterampilan hidup sehat akan mampu berperan dalam masyarakat,” ungkapnya.
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, remaja pun dituntut untuk memiliki kesehatan fisik yang prima. Maka melalui materi yang disampaikan oleh dr. Diky Zulkarnain diharapkan mampu memanfaatkan segala kemudahan untuk kebaikan diri dan lingkungan.
“Manfaatkan internet untuk kebaikan karena hingga ke seluruh pelosok hampir sudah terkoneksi. Contohnya jika remaja tidak menggunakan internet dengan bijak, dikkhawatirkan perilaku seks bebas akan semakin merajalela, maka mari kita kawal bersama agar internet digunakan secara tepat guna,” imbaunya.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu peserta, Amirudin mengutarakan, pelatihan ini sekaligus mengkaderisasi para pemuda untuk menjadi mitra dari Dinas Kesehatan membantu mewujudkan lingkungan masyarakat yang lebih mengutamakan kesehatan diri dan keluarga.
Salah satu materi yang disampaikan narasumber tentang psikologi agar remaja mampu mengenali diri sendiri dulu sebelum mengenal orang lain.
“Dari sisi kesehatan reproduksi khususnya area kewanitaan harus selalu terjaga kebersihannya. Remaja juga diminta berkontribusi untuk menutup pintu dan jalan perokok baru khususnya dari kalangan remaja,” katanya.
Menurut dia, sebelum mengajak orang lain, sebaiknya dimulai dari diri sendiri dulu dengan melatih untuk hidup bersih dan sehat.
“Salah satunya kami memberikan pendampingan kepada masyarakat agar membiasakan buang air besar di jamban karena hal itu saat ini masih sangat kronis,” tuturnya.
Ia menambahkan, remaja lebih rentan mengalami stres di masa pandemi ditambah lagi mereka sedang mencari jati diri. Jadi dibutuhkan pendampingan saat menghadapi masalah remaja. (HS-08)