in

Baru Dua Tahun Operasi, Talut TPA Darupono Baru Jebol, Dikhawatirkan Cemari Lingkungan

Tumpukan sampah di talut TPA Baru, di Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal.

HALO KENDAL – Baru dua tahun beroperasi, talut bronjong yang ada di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Darupono Baru jebol sepanjang 200 meter. Hal ini terjadi, diduga akibat tanah di TPA labil.

Akibatnya, sampah yang menggunung menjadi bertebaran terbawa aliran air hujan dan longsor. Meskipun operasional TPA tersebut sudah menggunakan sistem Sanitary Landfill.

Selain itu, juga menimbulkan dampak pencemaran lingkungan bagi warga di sekitar TPA. Terutama limbah cair beracun yang timbul dari proses penumpukan sampah.

Aktivis lingkungan dari LSM Biota Foundation Jateng, Abdul Azis mengatakan, warga dari lima desa mengaku resah dengan jebolnya brojong talut TPA baru tersebut, yaitu Desa Kertosari, Kecamatan Singorojo, kemudian Desa Darupono, Jerukgiling, Sidomakmur dan Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan.

“Kami akan mengawal kasus ini. Sehingga bisa segera tuntas. Agar warga di lima desa tidak lagi resah oleh bau tak sedap dan limbah cair,” ungkapnya, Selasa (13/12/2022).

Azis menegaskan, pihaknya juga sudah melakukan audiensi dengan dinas terkait, supaya kasusnya bisa segera ditindaklanjuti.

“Kami sudah beraudiensi dengan pihak DLH, jika tidak ada tindak lanjut maka warga dari lima desa ini siap berunjuk rasa ke Bupati maupun ke DPRD Kendal,” tandas Abdul Azis

TPA Darupono Baru dibangun pada 2020 diatas lahan seluas 5,5 hektar. Anggaran untuk pembangunannya mencapai Rp 21 miliar bersumber dari APBN dalam hal ini Kementerian PUPR.

Namun, jumlah anggaran yang digelontorkan dengan hasil tidak sebanding. Terbukti, baru dua tahun beroperasi sudah banyak talut yang jebol.

Dari pantauan, ada beberapa titik bronjong yang mengalami jebol. Yakni bagian atas dan bagian paling bawah.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Aris Irwanto menjelaskan, penyebab jebolnya brojong talut karena kondisi tanah di TPA Darupono itu relatif labil. Sehingga rawan terjadi longsor.

Terutama saat musim penghujan, daya rekat tanah menjadi nol persen. Sehingga begitu tergerus air rawan terjadi longsor.

“Sudah kami upayakan perbaikan. Tapi hasil tidak maksimal, malah jebol lagi akibat hujan lebat beberapa waktu lalu. Terparah bagian bawah. Itu sepanjang 200 meter lebih,” ungkap Aris, Rabu (14/12/2022).

Upaya perbaikan akan ditempuh kembali di tahun 2023, bahkan pihaknya juga telah menganggarkan sebesar Rp 600 juta.

Aris menjelaskan, anggaran tersebut akan digunakan untuk perbaikan bronjong dengan pemasangan tiang pancang atau paku bumi.

Namun, anggaran tersebut ia nilai belum cukup, karena baru bisa menyelesaikan kerusakan talud TPA yang jebol sepanjang 100 meter saja. Sisanya, rencananya akan dianggarkan di APBD Perubahan 2023.

“Ini untuk mengantisipasi polusi udara berupa bau sampah dan polusi tanah dan air, nantinya akan dibangun bak penampungan limbah cair, bagian sampah juga sudah ditimbun,” jelas Aris. (HS-06)

Polisi Bongkar Penyalahgunaan BBM Subsidi di Genuk Semarang

Siswi di Semarang Jadi Korban Pelecehan Seksual, Pelaku Diamankan