in

Aglaonema, Tanaman Hias yang Dikoleksi Ma’ruf Amin

Foto ilustrasi aglaonema. (Sumber : balithi.litbang.pertanian.go.id)

 

HALO SEMARANG – Di sela-sela kesibukannya sebagai Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin rupanya juga mengoleksi beragam jenis Aglaonema. Bersama istri, Hj Wury Estu Handayani, Ma’ruf Amin senantiasa merawat tanaman-tanaman tersebut di kediamannya.

“Di tempat tinggal saya, juga ditanami tanaman Aglaonema, salah satunya varian dona carmen,” kata Wapres, saat memberikan sambutannya dalam pembukaan Kontes Nasional Aglaonema Nusantara, melalui konferensi video, Minggu (29/05/2022).

“Saya dan istri saya selalu merawat tanaman tersebut dengan baik,” kata dia, seperti dirilis wapresri.go.id.

Aglonema di Indonesia dikenal sebagai srirejeki. Dinamai demikian, karena tanaman hias ini dipercaya sebagai pembawa rezeki atau keberuntungan.

Menurut penjelasan yang disampaikan Kementerian Pertanian, melalui balithi.litbang.pertanian.go.id, nama aglaonema berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni Aglaos yang berarti terang atau bersinar, dan nema berarti benangsari, sehingga aglaonema berarti benang bersinar terang.

Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara dan Asia Selatan, seperti daratan Tiongkok bagian selatan, Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar.

Sebagai tanaman liar, Aglaonema tumbuh di hutan-hutan di dataran rendah hingga sedang. Tempat-tempat tersebut mendukung, karena dapat memberikan pencahayaan sekitar 10 persen sampai 30 persen. Jika ditanam dalam nursery, memerlukan shading net setebal 70 persen hingga 90 persen.

Budi Daya

Aglaonema dibudidayakan karena keindahan warna dan corak daun. Faktor- faktor yang berpengaruh dalam budi daya, di antaranya tempat atau lokasi, sinar Matahari, kelembaban udara, angin dan sirkulasi udara, media tanam dan pot yang digunakan serta repotting, penyiraman atau curah hujan, pemupukan, hama dan penyakit serta pengendaliannya.

Berkaitan dengan ketinggian tempat, tanaman ini mampu tumbuh baik pada dataran rendah, hingga ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun tanaman ini dapat tumbuh ideal, pada ketinggian 300- 400 mdpl.

Kriteria tumbuh ideal, di antaranya tanaman tegar, daun tebal, warna dan corak nyata pada daun. Suhu udara siang hari sekitar 28- 30 derajat Celcius dan malam hari 20- 22 derajat Celcius.

Di dataran rendah kurang dari 300 mdpl, pertumbuhan tanaman lebih cepat karena suhu udara lebih hangat, sinar lebih banyak diperoleh, sehingga fotosintesa lebih efektif.

Pertumbuhan satu daun perlu 25 hari. Untuk dataran sedang lebih dari 400 mdpl pertumbuhan agak lambat, perlu waktu 35 hari untuk satu daun.

Pengaruh Sinar Matahari

Aglaonema perlu tempat teduh atau naungan, dengan pencahayaan sekitar 10- 30 %, untuk nursery menggunakan paranet atau shading net sekitar 70- 90%.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemasangan net adalah ketinggian dan cara pemasangan. Idealnya, shading net dipasang dalam ketinggian 5 m, setelah plastik UV (minimal 50% cahaya masuk, agar tanaman tidak pucat).

Plastik UV, digunakan untuk memantulkan atau menjaga panas. Pemasangan plastik dan net diberi jarak atau tidak ditempelkan, agar sirkulasi udara tetap ada.

Jika tidak diberi plastik, ideal ketinggian 3 meter. Bila terlalu tinggi maka jika tetesan air hujan besar, mudah sobek, meskipun diuntungkan sirkulasi udaranya cukup baik.

Kelembaban Udara

Kelembaban yang diperlukan tanaman ini sekitar 50 – 60 persen. Kelembaban di daerah tropis, relatif cukup bagi pertumbuhan aglaonema. Bila terlalu panas, dapat dilakukan mis spraying atau pengkabutan sehingga daun- daun basah namun media tidak basah. Tujuannya agar tanaman tidak layu karena penguapan yang berlebihan.

Angin dan Airkulasi Udara

Sirkulasi udara diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Bila kelmbaban di atas 60 % dan sirkulasi udara kurang baik, maka akan menyebabkan timbulnya jamur yang dapat menyerang daun, batang maupun akar aglaonema.

Demikian juga bila cahaya cukup, namun sirkulasinya kurang maka pupuk dan zat hara pada media tidak terserap secara optimal yang berakibat pada pertumbuhan dan kesuburan tanaman.

Media Tanam

Media tanam yang dipakai, umumnya cukup zat hara makro dan mikro, dengan pH sekitar 7/ netral, dan media cukup porous.

Media dapat berupa tanah, atau campuran sabut kelapa 30%, arang 30%, humus / gambut 30% dan pupuk kandang 10%. Dapat juga ditambah pupuk anorganik.

Ukuran pot disesuaikan dengan besar-kecilnya tanaman. Bahan dapat terbuat dari tanah, keramik, plastik, semen, ataupun kayu.

Pot dari plastik relatif ringan dan murah, namun tidak berpori sehingga tidak dapat menyerap kelebihan air.

Pada waktu menanam, bagian bawah diberi pecahan batu bata atau stereoform (1/4 atau 1/5 bagian), penanaman jangan terlalu dalam, dan jangan terlalu tinggi karena akan menganggu pertumbuhan tanaman serta tanaman mudah goyang/ tidak stabil bila kurang dalam.

Repotting dan penggantian media dilakukan 6- 12 bulan sekali. Hal ini untuk menghindari pertumbuhan kuman dan bakteri yang tumbuh di media tanam. Selain nutrisi dan menghindari jamur, pergantian media tanam yang terlalu sering juga kurang baik, sebab dapat menyebabkan tanaman menjadi stres.

Tanaman memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan media tanam yang baru, sehingga perlu dilakukan perbaikan letak tanaman pada saat proses repotting. Aglaonema dapat juga ditanam di media tanam non tanah, seperti pakis dan sekam dan untuk mempercantik tanaman dapat menggunakan media tanam hidro gell.

Penyiraman dan Curah Hujan

Aglaonema merupakan tanaman yang menyukai kondisi semi basah atau dengan kelembaban cukup. Air penyiraman sebaiknya tidak mengandung kaporit, dengan pH 7 atau mendekati netral.

Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman, umumnya sehari sekali. Bila kondisi panas, dilakukan dengan pengkabutan untuk membasahi daun agar tidak layu.

Adapun untuk pemupukan,  diperlukan tanaman berupa unsur makro dan mikro. Unsur makro diperlukan dalam jumlah besar, sedangkan unsur mikro jumlahnya relatif sedikit.

Unsur makro yang mutlak diperlukan adalah N, P dan K. Unsur N berfungsi untuk pembentukan protein yang dibutuhkan oleh sel- sel tanaman untuk pertumbuhan.

Unsur P untuk pembentukan inti sel dan pembelahan sel, pembentukan lemak, merangsang pembungaan, serta pembentukan biji dan ketahanan terhadap penyakit.

Adapun Unsur K diperlukan tanaman untuk memperlancar proses kerja tanaman, menguatkan jaringan, daun, bunga dan buah agar tidak mudah gugur. Tanaman aglaonema termasuk tanaman hias daun, sehingga perlu N lebih tinggi dari unsur lainnya. Jenis- jenis pupuk yang dapat digunakan adalah

Pupuk Kandang

Pupuk kandang untuk pertanian aglaonema, dapat diperoleh dari kotoran hewan yang telah menjadi kompos. Pupuk dari kotoran kelelawar atau guano, memiliki kandungan N, P, dan K lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya.

Untuk humus yang digunkan, dapat berupa sisa-sisa tumbuhan berupa daun, batang, dan akar yang membusuk atau melapuk secara alami oleh mikroorganisme. Humus yang baik berwarna hitam, berfungsi untuk menggemburkan media.

Kompos yang digunakan, juga bisa merupakan sisa-sisa tumbuhan, seperti daun, batang, akar, rumput, alang- alang, sampah organik dan kotoran hewan, melalui proses penguraian dengan bantuan mikroorganisme, dan suhu yang sesuai, hingga bahan-bahan tersebut menjadi hancur dan kehitaman. Bila sudah dingin, dan kehitaman dapat digunakan sebagai pupuk.

Untuk penggunaan pupuk buatan pada aglaonema, juga dapat memberikan keuntungan, karena menggunakan dosis atau ukuran yang sesuai kebutuhan tanaman. Pupuk buatan pabrik, umumnya digunakan untuk budi daya aglaonema di rumah kaca. Pemberian pupuk buatan dapat pula dilakukan secara modern, dengan sprayer otomatis.

Beberapa pupuk yang dapat digunakan, antara lain novelgro, atomik, dan metalik. Novelgro adalah pupuk cair berwarna hijau bening, mengandung cytokinin untuk meningkatkan dan mempertahankan kandungan klorofil daun tumbuh-tumbuhan.

Pupuk ini juga berfungsi untuk meningkatkan fotosintesis tanaman.

Dengan menggunakan pupuk ini, tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih cepat, warna daun lebih hijau, dan menyerap hara lebih banyak. Pupuk ini diberikan 1-2 kali setiap bulan, dengan konsentrasi satu cc per liter.

Atonik merupakan hormon untuk merangsang pertumbuhan, terutama bagian akar, mengaktifkan penyerapan unsur hara serta mempercepat tumbuhnya kuncup bunga.

Adapun Metalik, adalah pupuk yang mengandung 9 macam unsur mikro, berfungsi untuk menyediakan unsur-unsur mikro yang diperlukan tanaman serta memperbaiki warna daun dan bunga tanaman.

Hama dan Penyakit

Pada umumnya Aglaonema yang berwarna hijau, jarang terserang hama atau serangga, berbeda dengan aglaonema silangan yang mempunyai warna bermacam-macam.

Aglaonema variegata bahkan lebih rentan terhadap hama dan penyakit tanaman. Hal ini kemungkinan disebabkan jumlah klorofil sedikit.

Pembudi daya, dianjurkan menjaga kondisi dan kebersihan tempat tumbuh, alat- alat budi daya, media, dan kebersihan pekerja. Hal itu karena penyakit, dapat terbawa oleh faktor- faktor tersebut.

Timbulnya penyakit, umumnya juga diakibatkan kondisi lingkungan yang terlalu lembab, banyak hujan, terlalu banyak penyiraman, tanaman terlalu rapat, dan sirkulasi udara kurang bagus. Pada kondisi demikian, tanaman dapat terkena beragam penyakit, termasuk karena jamur, bakteri, dan virus.

Bakteri yang biasanya menyerang aglaonema adalah bakteri erwinia, Adapun bagian yang sering diserang, adalah batang dan daun.

Bagian terserang melepuh dan lunak, berbau tidak enak. Merusak jaringan batang dan daun sehingga berwarna kecoklatan atau disebut stem rot. Pengendalian dengan menggunakan agrept 20 WP, berisi streptomisin atau terramycin 21,6 SP yang mengandung tetracyclin.

Jamur, yang menyerang aglaonema adalah fusarium, botrytis dan phythium. Serangan jamur fusarium ditandai dengan munculnya warna ungu pada bagian tepi batang dan daun, yang akhirnya membusuk.

Serangan jamur botrytis, menyebabkan warna coklat keabu- abuan pada batang dan daun, berakhir dengan pembusukan.

Pengendalian dengan memotong bagian yang terserang dan selanjutnya diolesi dengan dithane M 45, tanaman yang terserang dibuang dan dijauhkan dari tanaman sehat, mengatur sirkulasi udara dan menjaga kelembaban.

Perbanyakan Aglaonema.

Perbanyakan aglaonema dapat dilakukan dengan persilangan. Dalam persilangan perlu adanya seleksi tetua yang akan disilangkan terutama untuk keunggulan sifat, karakter kuat juga daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.

Faktor yang berpengaruh dalam produksi buah adalah waktu dan kondisi saat persilangan. Waktu yang tepat adalah pagi hari, lebih baik sebelum jam 7 pagi.

Pada saat semacam itu, seludang bunga sedang membuka. Serbuk sari yang telah matang dioleskan pada kepala putik, yang dijadikan induk betina.

Serbuk sari dioles dengan menggunakan kuas, yang sebelumnya telah dioleskan ke putik untuk memudahkan pengambilan serbuksari. Selanjutnya tongkol bunga ditutup dengan kantong plastik dengan tujuan untuk menjaga kelembaban.

Serbuksari sisa disimpan dalam botol kecil tanpa ditutup, dimasukkan tempat yang bagian bawahnya telah diberi silica gel. Namun sebaiknya secepat mungkin harus digunakan untuk penyerbukan lagi.

Keberhasilan penyerbukan ditandai dengan pembesaran bakal buah dan siap dipanen setelah 6-8 bulan. Ditandai dengan perubahan warna buah dari hijau, coklat atau putih ke merah.

Tanaman aglaonema termasuk protogynuous yaitu bunga betina masak lebih dulu dibanding bunga jantan. Hal ini dapat diatasi agar terjadi sinkronisasi pembungaan indukan jantan dan betina dengan pemberian GA3 dengan konsentrasi 50-100ppm.

Untuk mengatasi kemandulan pada indukan dapat dilakukan dengan penggandaan kromosom menggunakan colchisin, namun relatif mahal. (HS-08)

Juni, PPDB Kota Semarang Mulai Dilaksanakan

Cerita Perajin Simpul Tali Makrame Kebumen Ketiban Manfaat Lapak Ganjar