in

Ada Persoalan Rute Trans Jateng, BLU Trans Semarang Merasa Tak Pernah Diajak Rembugan

Spanduk penolakan Trans Jateng.

 

 

HALO SEMARANG – Pemberlakuan BRT Trans Jateng Koridor III yang rencananya akan melalui jalur Semarang-Kendal menuai dampak penolakan dari pihak angkutan existing, Selasa(13/8/2019).

Kepala BLU Trans Semarang, Ade Bhakti merasa pihaknya tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan penyusunan rute Trans Jateng koridor III.

“Padahal secara rute harusnya bisa dibuat saling terkait karena Trans Semarang sudah terhubung dengan semua simpul di perbatasan Kota Semarang dengan kabupaten sekitar,” ujarnya, Kamis (15/8/2019).

Apalagi, lanjut Ade, Organda Kota Semarang juga belum diajak diskusi terkait hal ini. “Ya memang ini Trans Jateng di bawah pengelolaan Pemprov Jateng. Kota Semarang juga bagian dari Jawa Tengah, kenapa seakan tak ada komunikasi? Inilah perlunya duduk bareng, jangan hanya mengikuti apa kata konsultan kaitan perencanaan. Bisa jadi ada hal-hal yang memang belum dikaji oleh tim. Khususnya dampak-dampak terhadap kondisi existing,” ujarnya.

Ade menjelaskan, seharusnya simpul-simpul disambungkan ke wilayah kabupaten sekitar supaya cakupan pelayanan transportasi umum sampai ke wilayah yang lebih luas.

“Jadi lebih banyak masyarakat Jawa Tengah yang menikmati layanan yang disediakan Pemprov Jateng ini,” ujarnya.

Jika tujuan pengoperasian Trans Jateng Koridor III untuk melayani buruh dari Kendal ke Kawasan Industri Wijaya Kusuma, padahal Trans Semarang sudah melayani rute dari Terminal Mangkang sampai dengan Gerbang masuk Kawasan Industri Wijaya Kusuma.
Kolaborasi, kata Ade, bisa dilakukan dengan pengintegrasian tarif di rute tersebut. Penumpang dari Kendal bisa naik Trans Jateng kemudian turun di Terminal Mangkang untuk berpindah ke Trans Semarang kemudian dilanjutkan ke arah Kawasan Industri Wijaya Kusuma.

Kemudian di Kawasan Industri Wijaya Kusuma disediakan saja shuttle untuk melayani para pekerja. “Toh, pergerakan pekerja kan tidak sepanjang hari sepanjang waktu. Sebenarnya bisa saja kok kalau saja ada komunikasi yang baik untuk kita kolaborasi. Jangan kemudian demi satu kebijakan, demi mengedepankan satu pelayanan, terus tidak megindahkan apa yang sudah ada,” kata Ade.

Trans Jateng Turunkan Pendapatan
Ade mengatakan, keberadaan Trans Jateng yang “nyaplok” rute berpengaruh terhadap turunnya pendapatan Trans Semarang. Berkaca pada 2017, saat beroperasinya Trans Jateng Bawen-Tawang, terjadi penurunan jumlah penumpang dan pendapatan Trans Semarang di Koridor II. Penurunan pendapatan berdampak pada telatnya pembayaran gaji karyawan Trans Semarang.

“Tiga bulan setelah operasional Trans Jateng, karyawan kami telat menerima gaji karena menurunnya pendapatan. Saya kira pemprov belum menghitung dan mempertimbangkan keberadaan Trans Jateng di Koridor III. Mereka belum mempertimbangkan efek berhimpitannya rute dengan Trans Semarang sampai 90 persen lebih,” ujarnya.

Ade menjelaskan, Trans Semarang saat ini dikelola oleh Badan Layanan Umum UPTD Trans Semarang. Artinya, ada beberapa pos anggaran salah satunya gaji karyawan yang harus dipersiapkan dengan Anggaran BLU yang didapat dari sektor penjualan tiket, bukan mengandalkan APBD.

“Ini prinsip yang kami pegang untuk berupaya meningkatkan kemandirian BLU sesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah supaya tidak banyak tergantung dengan APBD. Ini yang tidak banyak orang tahu bahwa pelayanan kami berbanding lurus dengan sehat tidaknya keuangan kami. Semakin pelayanan bagus, semakin pendapatan meningkat, semakin kesejahteraaan para pelayan ini baik, pengguna layanan semakin puas, itu semua lingkaran yang saling terkait,” ujarnya.

Ade menambahkan, meski ada pengamat berpendapat bahwa transportasi publik yang disubsidi jangan berorientasi kepada pendapatan, tapi perlu diketahui bahwa prinsip kemandirian tidak bisa lepas dari Badan Layanan Umum Trans Semarang. Dan diharapkan terus dijaga dan ditingkatkan seiring sejalan dengan peningkatan kualitas layanan itu sendiri.

“Ini yang pengelola Trans Jateng belum rasakan, karena pengelola Trans Jateng saat ini bukan Badan Layanan Umum seperti kami Trans Semarang,” tegas Ade.

Ade berharap rute Trans Jateng Koridor III dikaji ulang untuk mencari solusi terbaik sehingga tidak banyak pihak yang terdampak.

“Justru banyak pihak itu bisa berkolaborasi membangun suatu sistem transportasi yang lebih baik,” ujarnya.(HS)

Banyak Pelatih Berkualitas Nganggur, Ini Kata Manajemen PSIS

Mahfud MD: Gus Mus Layak Jadi Panutan Anak Bangsa