HALO BATANG – Kapolres Batang AKBP Nur Cahyo menerima keluhan mengenai merebaknya kembali para pekerja seks dan warung remang-remang lokalisasi eks Njentolsari di jalan lingkar Alas Roban atau jalur beton.
Keluhan itu disampaikan Kepala Desa Surodadi, Muhlisin, dalam Silaturahmi Kamtibmas, Jumat (24/5/2024) yang dihadiri Kapolres Batang, AKBP Nur Cahy bersama jajarannya.
Silaturahmi Kamtibmas berlangsung di rumah makan Dolly PTPN IX Siluwok Subah dan dihadiri oleh jajaran Muspika Kecamatan Gringsing, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat, serta seluruh kepala desa (Kades) setempat.
Menurut Kepala Desa Surodadi, Muhlisin, para pekerja seks dan pemilik warung di lokasi tersebut kebanyakan berasal dari luar Desa Surodadi.
“Di tempat itu banyak terjadi keributan yang diakibatkan miras,” keluh Muhlisin, seperti dirilis humas.polri.go.id.
Menanggapi keluhan tersebut, Kapolres menekankan perlunya penanganan secara persuasif dan pembinaan.
Ia mengusulkan agar melibatkan trantib serta tokoh agama untuk memberikan masukan kepada para pekerja seks, agar mau berganti pekerjaan.
“Kita harus mendata pemilik warung dan pekerja seks dengan lengkap, baik domisili maupun identitas diri mereka, untuk memudahkan pemantauan,” kata Kapolres.
Dalam sambutannya, Kapolres juga menekankan pentingnya kekompakan dan perilaku masyarakat yang baik, dalam menciptakan suasana kondusif.
Hal ini dianggap krusial untuk mencegah munculnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Perilaku yang baik, saling menjaga, dan komunikasi yang terjaga sangat besar artinya bagi terciptanya keamanan. Jika suasana kondusif, masyarakat bisa hidup tenang dan damai,” ujar Kapolres Nur Cahyo.
Kapolres menyampaikan bahwa wilayah Kecamatan Gringsing memiliki posisi strategis, karena dilalui jalan Pantura Jawa dan jalur kereta api lintas provinsi.
Dalam waktu dekat, Kawasan Industri Terpadu akan beroperasi di wilayah ini, sehingga akan ada banyak pendatang dari luar daerah, atau bahkan dari luar negeri.
Mereka tentu mempunyai berbagai budaya dan kebiasaan yang berbeda dengan penduduk lokal.
Kapolres menekankan pentingnya perilaku yang baik, untuk mencegah potensi benturan budaya dan kebiasaan yang dapat menimbulkan konflik.
“Kita harus siap dengan perubahan yang ada, terutama dengan banyaknya pendatang yang memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda. Jika tidak diantisipasi, perbedaan ini bisa menimbulkan gesekan,” tegasnya.
Kapolres juga mengingatkan pentingnya koordinasi dengan pihak keamanan bagi masyarakat yang mengadakan acara dengan banyak orang, seperti pengajian atau pentas musik. Hal ini diperlukan untuk mencegah konflik atau gangguan keamanan.
“Masyarakat harus berkoordinasi dengan pihak keamanan setiap kali mengadakan acara yang dihadiri banyak orang. Ini untuk memastikan acara berlangsung aman dan kondusif,” ujar Kapolres.
Tokoh masyarakat dan agama yang hadir dalam acara ini menyambut baik arahan Kapolres.
Mereka sepakat bahwa kekompakan dan perilaku yang baik merupakan kunci utama dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah mereka. (HS-08)
