in

Yoyok-Joss Ingin Semarang Ijo Royo-royo dengan Pohon Asem, Ini Filosofinya

Suasana debat perdana Pilwakot Semarang yang diadakan oleh KPU di MG Setos pada Jumat (1/11/2024).

HALO SEMARANG – Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang, Yoyok Sukawi dan Joko Santoso (Yoyok-Joss), menunjukkan komitmen mereka terhadap penghijauan Kota Semarang dalam debat perdana yang diadakan oleh KPU di MG Setos pada Jumat (1/11/2024). Debat yang mengusung tema Ekonomi, Infrastruktur, dan Ketahanan Kota ini menjadi ajang bagi mereka untuk memaparkan visi dan misi terkait pengembangan kota.

Dalam sesi debat tersebut, Joko Santoso, calon Wakil Wali Kota Semarang, memperkenalkan program mereka, yaitu penanaman satu juta pohon di Kota Semarang. “Kami akan mencanangkan program satu juta pohon, dan jenis pohon yang akan kami tanam adalah pohon asem,” ungkap Joko.

Menariknya, mantan anggota DPRD Kota Semarang ini tidak hanya menjelaskan program tersebut, tetapi juga membagikan makna filosofis dari pohon asem. “Pohon asem secara filosofis merupakan pohon yang banyak dipercaya berkaitan dengan sejarah perkembangan Kota Semarang. Pohon ini penuh makna, selain kuat untuk ditanam di tengah kota, pohon asem juga tidak merusak lingkungan sekitarnya. Kami yakin, jika diberi mandat untuk memimpin Kota Semarang, kami akan menjadikannya ijo royo-royo,” jelasnya, merujuk pada harapan untuk kota yang hijau.

Filosofi pohon asem (Tamarindus indica) memiliki makna simbolis yang mendalam dalam budaya Jawa. Pohon ini dikenal sebagai pohon yang kuat dan mampu tumbuh di berbagai kondisi, bahkan di lingkungan yang tandus sekalipun. Hal ini menggambarkan ketangguhan dan ketahanan, mencerminkan kemampuan untuk bertahan dalam situasi sulit, seperti pohon asem yang tetap teguh meskipun menghadapi berbagai cuaca dan kondisi tanah.

Dalam budaya Jawa, pohon asem juga melambangkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Daun yang lebat memberikan keteduhan, sementara buahnya yang asam dianggap sebagai simbol kejujuran dan keterusterangan dalam kehidupan. Konsep ini mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang kenikmatan, tetapi juga tentang menghadapi tantangan dengan sikap tulus dan jujur. Bahkan ada istilah untuk orang yang sudah berpengalaman dengan sebutan “sudah banyak makan asam garam kehidupan”.

Selanjutnya, akar pohon asem yang dalam dan kuat melambangkan keterhubungan dengan tanah kelahiran atau budaya sendiri. Ini mengajarkan pentingnya menjaga akar budaya dan nilai-nilai leluhur meskipun menghadapi pengaruh dan perubahan dari luar.

Dengan demikian, filosofi pohon asem menjadi pengingat untuk tetap kuat, tulus, dan terhubung dengan akar budaya serta identitas diri, bahkan dalam situasi yang penuh tantangan. Pasangan Yoyok-Joss berharap bahwa program penghijauan ini tidak hanya akan memperindah Kota Semarang, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan dan budaya yang kuat dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Komitmen Yoyok-Joss dalam menyemarakkan semangat penghijauan ini diharapkan dapat membawa Semarang menuju visi “ijo royo-royo,” yang mencerminkan keindahan dan keberlanjutan kota, serta menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.(HS)

Komitmen Kembangkan Bibit Atlet, Pegadaian Dukung Kejuaraan Tenis Yunior Piala Pelti Kota Semarang

Konsep Kolaborasi dan Berkesinambungan, Yoyok-Joss Siap Lanjutkan Program Pemerintah Sebelumnya