HALO KENDAL – Tanggap Siaga Bencana sekaligus Jambore Relawan digelar Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Daya Tarik Wisata (DTW) Curugsewu Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jumat – Minggu (1-3/11/2024).
Kegiatan melibatkan LPBI dari Zona II mencakup wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta diikuti oleh para relawan dari LPBI Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU).
Wakil Ketua PBNU, Prof Nizar Ali, saat memimpin apel kegiatan, Jumat (1/11/2024) mengatakan, dilaksanakannya pelatihan siaga bencana dan jambore untuk menekankan pentingnya kesiapan relawan dalam menghadapi situasi darurat.
“Melalui apel siaga ini, kami berharap para relawan tidak hanya siap dalam penanganan bencana, tetapi juga memiliki ketangguhan mental, keterampilan teknis, dan kesiapan fisik dalam membantu masyarakat terdampak,” ujarnya.
Nizar menegaskan, relawan diberikan pelatihan dalam menghadapi bencana. Meliputi pemetaan risiko, perencanaan tanggap darurat, hingga simulasi bencana.
Rektor UIN Walisongo tersebut juga berharap melalui pelatihan ini, relawan LPBI nantinya mampu menjalankan tugas dengan kesiapan tinggi dalam menangani korban, mengamankan lokasi, dan melakukan evakuasi.
“Relawan harus mampu bertindak cepat, efektif, dan efisien. Ini bukan hanya soal memberi bantuan, tetapi juga memastikan kita benar-benar bisa memulihkan kondisi masyarakat dengan baik,” tandas Nizar.
Sementara, Ketua LPBI PBNU, TB Ace Hasan Syadzily menjelaskan, kegiatan merupakan upaya LPBI PBNU untuk memperkuat kesiapan relawan dalam menghadapi berbagai potensi kebencanaan yang bisa terjadi di Indonesia.
Menurutnya, sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama memiliki tanggung jawab untuk siap menghadapi kebencanaan, khususnya karena Indonesia berada di wilayah ring of fire dengan potensi risiko bencana alam yang tinggi.
“Kesiapsiagaan dan keterampilan warga NU sangat diperlukan,” ujar Ace Hasan, yang juga menjabat sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI.
Dirinya menekankan, LPBI PBNU tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan relawan, tetapi juga mendorong sinergi dan kolaborasi di antara organisasi dan Badan Otonom (Banom) NU untuk menghadapi tantangan bencana yang kompleks dan semakin meningkat.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kapasitas para relawan NU di berbagai daerah, agar mereka tidak hanya siap tetapi juga terampil dalam menghadapi berbagai situasi kebencanaan,” tandas Ace Hasan.
Sementara, Ketua Pelaksana Jambore Nasional Relawan LPBI PBNU, Anwar Sani menyampaikan, Jambore dirancang dengan fokus pada peningkatan keterampilan teknis dan simulasi penanggulangan bencana bagi para relawan.
“Jawa Tengah memiliki infrastruktur yang kuat, sehingga menjadi titik fokus utama kita. Melalui jambore ini, relawan kami dilatih dan diberi pemahaman teknis untuk mampu menjalankan mitigasi bencana secara profesional,” ujarnya.
Dalam jambore ini, LPBI PBNU juga memberikan edukasi dan diskusi mendalam mengenai pentingnya menjaga ekologi dan lingkungan, serta penguatan komunitas berbasis lingkungan.
“Kami memberikan pemahaman kepada para relawan tentang strategi perlindungan lingkungan, baik melalui diskusi yang memperdalam kesadaran ekologis, maupun melalui pembekalan dari pemateri-pemateri handal. Harapannya, setelah mengikuti jambore ini, para relawan bisa memiliki pengetahuan yang lebih kaya dan referensi yang lebih luas dalam menjaga lingkungan,” jelas Anwar.
Dengan adanya jambore ini, LPBI PBNU berharap para relawan dapat terus meningkatkan kapasitas mereka dan siap menjadi garda terdepan dalam penanggulangan bencana, sekaligus sebagai pelopor dalam menjaga kelestarian alam di daerah masing-masing. (HS-06)