HALO KEDU – Tingginya potensi kopi arabika dari beberapa daerah di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing menjadi perhatian serius Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko. Hal itu karena selain teh dan tembakau, kopi menjadi salah satu produk pertanian yang unggul di wilayah seperti Temanggung dan Wonosobo. Bahkan menurut Heri Pudyatmoko, potensi kopi di wilayah daerah pegunungan Sindoro dan Sumbing mampu bersaing di pasar internasional.
“Khususnya jika proses budi dayanya digarap dengan benar, dengan mengikuti tren permintaan pasar global. Misalnya meminimalisir penggunaan pestisida atau obat kimia lain yang bisa menurunkan kualitas kopi. Kemungkinan lain, dengan budi daya jenis kopi yang diminati oleh pasar global,” katanya, Kamis (20/10/2022).
Maka untuk itu, budi daya kopi dengan pola yang lebih terkonsep dan pola lebih baik, diharapkan membantu masyarakat dalam mendongkrak ekonominya. Politisi Gerindra ini optimistis produk kopi arabika dari Wonosobo dan Temanggung mampu bersaing dengan produk kopi dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Apalagi Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia selain Brasil, Kolombia, dan Vietnam.
Di beberapa tahun terakhir, menurut Heri, nilai ekonomis biji kopi mulai menjanjikan, dan budi daya pohon kopi mulai dilakukan kembali oleh para petani di Wonosobo dan Temanggung, yang berada di sekitar wilayah pegunungan Sindoro dan Sumbing.
“Perlunya koordinasi yang berjalan baik dari berbagai bagian yang terlibat dalam usaha peningkatan perekonomian melalui bisnis kopi di wilayah ini, terutama dalam hal koordinasi. Selain itu tentang pentingnya mengolah produk bisnis ini untuk dipasarkan dengan metode yang kekinian. Pasalnya, metode pemasaran sekarang meningkat pesat dan variatif apalagi untuk segmen pasar internasional,” katanya.
Arabika Wine
Sementara kegembiraan menyelimuti petani kopi yang tergabung dalam Komunitas Kopi Bersenyum Temanggung (Kopi Berteman), Rabu (19/10/2022). Pasalnya mereka baru saja menyepakati perjanjian ekspor biji kopi arabika wine ke pasar Eropa dan Timur Tengah.
Sekertaris Kopi Berteman, Nur Ahsan menjelaskan, kesepakatan tersebut terjadi dalam acara Trade Export Indonesia (TEI) ke 37 tahun 2022, di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai City (ICE, BSD City), Tangerang.
“Alhamdulillah ini modal nekat, kita semua berangkat ke sana nggak ada yang ngerti bahasa Inggris bisa ekspor kopi ke Belanda,” kata Ahsan saat dihubungi.
Ahsan menjelaskan, total biji kopi arabika wine yang akan diekspor sebanyak 20 ton green bean dengan harga Rp 160 ribu per kilogramnya. Ini menjadi pengalaman baru bagi para petani kopi Temanggung yang ikut serta.
“Kenapa luar biasa, kesepakatan ini terjadi antara buyer dan langsung ke petani, sehingga ada keuntungan yang sangat signifikan yang di rasa kan oleh petani secara langsung,” katanya.
Tak hanya satu buyer, Ahsan membeberkan, pada Kamis (20/10/2022) juga akan disepakati kerja sama ekspor dengan buyer dari Timur Tengah. Namun Ahsan belum bisa mengungkapkan nilai perjanjian ekspor biji kopi ke Mesir tersebut. “Mohon doanya semoga pelaksanaannya besok dilancarkan,” katanya.
Ahsan mengatakan, selain pengalaman baru hal ini juga mengawali babak baru petani Kopi Temanggung merambah pasar internasional. Ahsan menyebut, Kopi Temanggung yang punya kekhasan rasa tembakau bisa makin dikenal dunia.
“Sekaligus tantangan juga buat kami untuk lebih meningkatkan kualitas,” ujarnya.
Ahsan berharap, pengalaman ini jadi pembelajaran sekaligus tahap untuk meningkatkan kualitas kopi Temanggung. Sehingga nantinya, kata Ahsan, para petani bisa mengekspor roast bean yang harganya bisa lebih tinggi menyentuh Rp 200 ribu per kilogram. “Apalagi ekspor ini akan berkelanjutan,” pungkasnya.(Advetorial-HS)