in

Pemkot Semarang Mulai Buka Kran Perekonomian

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

 

HALO SEMARANG – Di tengah pandemu Covid-19, perlahan-lahan Pemkot Semarang mulai membuka kran perekonomian.

Pasalnya perekonomian dinilai sama pentingnya dengan persoalan kesehatan. Untuk itu bagi pelaku usaha di Kota Semarang mulai diperbolehkan melakukan aktivitas usahanya meski dengan protokol kesehatan.

“Jam operasional pada PKM jilid 1 boleh buka sampai pukul 20.00, kemudian pada PKM jilid 2 dan 3 boleh buka sampai pukul 21.00 WIB. Kemudian sektor perhotelan, restoran juga sudah boleh buka tapi dengan protokol kesehatan yang ketat,” terang Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, Rabu (17/6/2020).

Menurut Hendi, panggilan akrab Wali Kota, kran perekonomian akan dibuka secara bertahap. Jika nantinya harus ada PKM lagi, pihaknya juga kemungkinan akan melonggarkan sektor usaha, misal sampai pukul 22.00 WIB dan seterusnya.

“Jadi kita akan buka secara pelan-pelan, orang boleh kumpul yang tadinya hanya 10 orang, pada PKM jilid 3 ini naik jadi 30 orang dan sambil kita lihat situasi mungkin nanti akan naik lagi jadi 50 orang dan seterusnya,” tambah Hendi.

Sehingga, lanjut Hendi, nantinya yang dibicarakan bukan lagi pada pembatasan kegiatan tapi kapasitas ruang, kapasitas berapa orang maksimal harus berapa orang. Hal tersebut sebagai upaya Pemkot Semarang dalam memberikan kebijakan akselerasi dalam ekonomi supaya tumbuh.

“Untuk pariwisata kalau kondisinya terus seperti hari ini, seperti minggu-minggu ini, masyarakat semakin paham tentang SOP kesehatan, bisa jadi pada PKM berikutnya wisata bisa kita buka.

Yang penting masyarakat terus berdisiplin menerapkan aturan-aturan kesehatan supaya mereka tidak tertular dan tidak menularkan kepada orang lain,” tambahnya.

Disinggung mengenai update penderita Covid-19 di Kota Semarang, Hendi menegaskan jumlah kesembuhan pada angka yang menggembirakan. Termasuk unsur aparatur sipil negara (ASN) dan yang dinyatakan positif sudah dinyatakan sembuh dan sudah mulai bekerja di kantor.

“Proses penyembuhan yang sedemikian cepat karena mereka terdeteksi dari awal. Ini yang seharusnya disadari masyarakat, misal di swab atau di rapid itu hal yang lebih baik daripada mereka tidak tahu kondisi kesehatannya. Kalau tiba-tiba mereka merasa sehat kemudian di swab positif, jangan cemas dan jangan takut. Justru harus merasa beruntung karena tim medis akan melakukan upaya-upaya pertolongan secara cepat dan Insya-Allah akan cepat sembuh,” terangnya.

Disinggung mengenai Kota Semarang jadi salah satu dari tiga daerah zona merah yang disorot Gubernur Jateng, Hendi mengatakan kalau data itu dari Pemprov Jateng, mestinya 35 kabupaten/kota pemprov memiliki data yang akurat.

“Tapi buat saya yang penting ini adalah sebagai bentuk perhatian Pak Gubernur buat Kota Semarang. Artinya Kota Semarang diminta untuk bisa berbenah lebih baik lagi, karena sampai hari ini masih masuk zona merah,” ujarnya.

Hanya pertanyaanya, lanjut Hendi, apakah benar hanya tiga daerah yang masuk zona merah. Karena hasil komunikasi dengan dua daerah lain, mereka mengungkapkan kegalauannya karena dengan dilakukanya tes secara massal di tempat publik, jumlah penderita positifnya bertambah.

“Tapi dua daerah yang kemarin diskusi dengan saya itu nggak masuk dalam zona merahnya penjelasan Pak Gubernur. Maka ini mestinya ada sebuah upaya-upaya menghimpun data yang lebih jelas supaya tidak kelihatan seperti pertandingan cepet-cepatan zona hijau. Kalau hanya pertandingan, pergerakannya tidak standar dan tidak sama, pasti dimenangkan oleh wilayah-wilayah yang tidak melakukan tes massal di tempat-tempat keramaian,” terangnya.

Tapi bagi Hendi, fokus Pemkot Semarang adalah untuk bisa segera dan cepat menyelesaikan persoalan Covid-19.

“Maka sampai hari ini kami tetap tidak ragu untuk melakukan tes massal di tempat keramaian, agar ditemukan segera yang positif di mana, rumahnya mana, keluarganya seperti apa. Begitu ketahuan kita lakukan upaya karantina, mereka sembuh kembali ke rumahnya, aman. Tapi kalau tidak dilakukan seperti itu, mereka bercengkrama dengan keluarganya, positif, kemudian pindah ke tetangganya, positif, nggak akan selesai-selesai, ya itu yang sedang kami lakukan,” terangnya lagi.

Hendi menginginkan, Kota Semarang bisa zona hijau tapi secara alami dan memang benar-benar warganya sudah sehat, bukan zona hijau karena tidak ada pergerakan di lapangan.

“Mari kita cek sama-sama apa yang telah dilakukan di wilayah masing-masing. Prinsipnya, saya yakin tidak ada pemimpin yang menginkan warganya menjadi tidak baik dan tidak sehat. Pasti semua pemimpin menginginkan warganya selalu sejahtera, sehat dan sukses,” tandas Hendi.(HS)

Ganjar Pastikan Tahun 2021 Semua Arena Olahraga di Jatidiri Selesai

Siapkan Pilkada Serentak 2020, KPU Jateng Minta Masukan ke Gubernur, Termasuk Soal Anggaran