HALO BOYOLALI – Anggota Tim Penggerak PKK Kabupaten Sragen melakukan kunjungan kerja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winong Kabupaten Boyolali, belum lama ini.
Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari pengolahan sampah rumah tangga menggunakan magot atau larva lalat Black soldier fly (BSF) yang telah diterapkan di kawasan tersebut.
Rombongan TP PKK Sragen yang diikuti bidang Pokja 3 tersebut, mendapat penjelasan langsung dari Pengelola Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boyolali, Hartanto, mengenai teknis budidaya magot, pengelolaan sampah organik, hingga peluang ekonominya bagi masyarakat.
Dalam paparannya, Hartanto menekankan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga, idealnya dilakukan mulai dari sumbernya.
“Sebenarnya sampah itu tanggung jawab kita masing-masing. Kalau tidak dikelola, ya akan menumpuk. Karena itu, rumah tangga perlu mulai memilah dan mengelola sampah, terutama yang organik,” kata dia, seperti dirilis sragenkab.go.id.
Ia menjelaskan bahwa magot menjadi salah satu solusi cepat dalam mengurai sampah organik.
Selain mengurangi bau, magot juga dapat dipanen untuk pakan ternak karena kandungan proteinnya yang tinggi. Menurut Hartanto, magot dapat menguraikan sampah organik hanya dalam rentang waktu 15–20 hari.
“Kalau tata kelolanya benar, sampah organik itu tidak bau. Yang membuat bau itu justru karena kita telat memberi makan magot. Magot ini memakan hampir semua jenis sampah organik dan hasil akhirnya bisa dimanfaatkan lagi, salah satunya menjadi pupuk organik,” lanjutnya.
Hartanto juga menambahkan bahwa pengelolaan magot dan pemilahan sampah dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat, terutama ibu-ibu PKK di tingkat desa atau kelurahan.
“Pemilahan sampah itu sebenarnya bernilai ekonomi. Hari ini saja, banyak pemulung yang menjual kembali sampah yang sudah dipilah. Bahkan jasa pengelolaan sampah ke depan bisa menjadi layanan berbayar,” ujarnya.
Selain budidaya magot, Hartanto juga membagikan pengalamannya dalam sistem pertanian organik yang ia jalankan.
Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran bersama bahwa sampah bukan hanya masalah kebersihan, tetapi juga peluang pemberdayaan dan keberlanjutan lingkungan.
Perwakilan TP PKK Kabupaten Sragen, Darmawan, menyampaikan apresiasi atas ilmu dan pengalaman yang dibagikan oleh pengelola TPA Winong.
“Pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi PKK Sragen. Ke depan, kami berharap praktik pengelolaan sampah berbasis magot seperti di Boyolali dapat diadaptasi dan dikembangkan di wilayah Sragen,” kata Darmawan.
Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi TP PKK Kabupaten Sragen untuk memperkuat program-program lingkungan, khususnya dalam pengurangan sampah organik di tingkat rumah tangga serta pemberdayaan masyarakat melalui inovasi pengelolaan sampah. (HS-08)


