in

Masih Ada Harapan Walau Resesi Tak Terelakkan

 

HALO SEMARANG – Resesi yang dialami Indonesia akibat pendemi Covid-19 saat ini, memang tak terelakkan.

Walau demikian pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar dampaknya tidak terlalu buruk.

Sejumlah media asing menyebut, resesi Indonesia saat ini adalah untuk kali pertama sejak krisis keuangan Asia, lebih dari 20 tahun lalu. Bloomberg.com misalnya, menyebut perekonomian Indonesia berkontraksi (penurunan) lagi pada kuartal ketiga, dan hal ini membuat negeri ini resmi masuk ke dalam resesi.

Produk domestik bruto menyusut 3,49% dari tahun lalu. Ini lebih buruk dari kontraksi 3,2%, seperti yang diperkirakan oleh para ekonom, dalam survei Bloomberg. Penurunan tersebut terjadi setelah PDB turun 5,32% pada kuartal kedua.

Sorotan akan resesi Indonesia juga disampaikan oleh BBC, dengan menyebut bahwa kondisi ini dapat menyebabkan 3,5 juta orang di negeri ini kehilangan pekerjaan.

Hal ini akibat banyak perusahaan harus tutup, atau setidak-tidaknya mengurangi produksi. Hal ini karena permintaan pun berkurang dan distribusi terhambat akibat pembatasan atau penguncian wilayah.

Periwisata Indonesia yang selama ini menjadi andalan, juga tak lepas dari dampak tersebut. Sebelum pandemi, jutaan orang asing terbang ke Bali setiap tahun untuk berwisata. Namun pada masa pandemi, kunjungan wisatawan tersebut menurun tajam.

Penurunan ini karena sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia menerapkan pembatasan atau penguncian wilayah, sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Namun demikian, penurunan kunjungan wisata ini tentu juga perekonomian Indonesia.

Upaya Pemerintah

Namun demikiian, sejak jauh-jauh hari, Pemerintah Indonesia sebenarnya juga sudah berupaya menghindari, atau setidak-tidaknya mengurangi dampak ekonomi.

Setelah ekonomi di Indonesia pada kuartal kedua terkontraksi sebesar minus 5,32%, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan pemerintah telah menyiapkan upaya, agar pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga bisa naik kembali.

“Resesi itu artinya kalau minimal dua kuartal berturut-turut pertumbuhannya (ekonomi) secara year-on-year nya negatif. Kita sudah mengalami dikuartal kedua -5,32%. Jadi, kalau kita ingin kuartal ketiga tidak negatif, maka seluruh kontribusi dari pertumbuhan ekonomi harus diupayakan bisa tumbuh kembali,” kata Menkeu.

Menkeu menyatakan terdapat dua variabel penting dalam menumbuhkan ekonomi di Indonesia, yaitu konsumsi dan investasi. Kedua variabel tersebut mampu menyumbangkan hampir mendekati 90% dari keseluruhan ekonomi Indonesia.

Karena itulah dalam rangka perbaikan ekonomi nasional, Pemerintah melalui belanja APBN akan berusaha menggunakan anggaran yang sudah dialokasikan, untuk mengembalikan daya beli masyarakat.

Bentuknya beragam, antara lain bantuan untuk puluhan juta UMKM. Di tengah kondisi buruk akibat pandemi, mereka pun bisa kembali memperoleh bantuan modal, untuk memulai kembali usahanya.

Belanja negara juga dipacu untuk mengembalikan kepercayaan pada dunia usaha dan juga sektor perbankan, sehingga kredit usaha tetap berjalan dan dunia usaha masih bisa bergulir kembali.

Selain konsumsi, pemerintah juga berupaya agar investasi di Indonesia bisa segera membaik. Harapan itu rupanya makin mendekati kenyataan, setelah DPR RI mengesahkan UU Cipta Kerja.

Walaupun disambut protes oleh sebagian asosiasi buruh, tetapi para pengusaha memandang positif UU tersebut. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), berpendapat Undang-Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) paling berpihak pada kalangan pekerja atau buruh.

Menurut Ketua Komite Tenaga Kerja dan Jaminan Sosial untuk Upah Apindo Aloysius Budi Santoso, UU Ciptaker memang dibuat untuk memudahkan iklim berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun tujuan akhirnya tentu untuk mengakomodasi kebutuhan pekerja.

“Pada akhirnya yang paling dibela dalam UU Ciptaker adalah para pencari kerja, itu yang selalu disampaikan dan kami pengusaha percaya itu betul,” katanya dalam sebuah diskusi daring bertajuk ‘UU Ciptaker Implikasinya Bagi Pekerja dan Dunia Usaha’.

Selain itu setelah UU tersebut disetujui, nilai tukar rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS), pada awal perdagangan pagi harinya.

Saat itu rupiah melesat 1,28% di pembukaan perdagangan ke Rp 14.600/US$. Memang level tersebut kemudian terpangkas hingga tersisa 0,37% di Rp 14.735/US$, namun pada akhir perdagangan, rupiah kembali menguat menjadi 0,54% di Rp 14.710/US$.

Dari beragam upaya yang dilakukan, muncul secercah harapan bahwa ekonomi Indonesia tak terlalu terpuruk. Menurut Kepala Biro Statistik, Suhariyanto, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, PDB Indonesia tumbuh 5,05% dalam tiga bulan hingga September, sementara para ekonom memperkirakan pertumbuhan 5,55%.

“Ini menunjukkan peningkatan, dan arahnya semakin positif. Kami berharap situasi kuartal keempat akan lebih baik dengan pelonggaran pembatasan sosial skala besar,” kata dia.

Pemerintah berharap resesi hanya berlangsung sebentar. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keadaan terburuk telah berakhir bagi perekonomian Indonesia, dengan pemulihan investasi dan penguatan konsumsi. (HS-08)

Morbidelli Berjanji Tampil Agresif

Supadi Resmi Jabat Ketua DPRD Rembang