in

Lunpia, Kuliner Khas Semarang yang Diburu Pemudik 

Lunpia, kuliner khas Semarang.

 

HALO SEMARANG – Belum lengkap rasanya jika sampai di Kota Semarang belum mencicipi kuliner tradisional lunpia. Meski banyak dijumpai di tiap jalanan Kota Semarang, namun lunpia yang asli dari genarasi pewaris lunpia Semarang banyak diburu pemudik yang balik ke kotanya masing-masing setelah berlebaran di Semarang dan sekitar.

Penganan tradisional yang terbuat dari campuran rebung, telur, sayuran segar, daging, dan udang, kemudian digulung dalam adonan tepung gandum sebagai kulit pembungkusnya, masih menjadi magnet utama yang diburu sebagai oleh-oleh saat pemudik balik.

Dalam perkembangan sejarahnya, lunpia di Semarang tak bisa lepas dari peranan pasangan suami istri Tionghoa-Jawa, Tjoa Thay Yoe dan Mbok Wasih yang pada awalnya sebagai penjual lunpia keliling pada tahun 1950an di pelosok gang-gang Kota Semarang.

Saat ini para generasi keturunannya mengembangkan warisan para buyutnya. Menjadikan kuliner tradisional Semarang ini sebagai buruan wajib para pemudik dan wisawatan.

Seperti pada warung lunpia yang terkenal di daerah Pecinan yakni Lunpia Gang Lombok, beralamat di Gang Lombok Nomor 11 Pecinan Kota Semarang. Dan Lunpia Cik Meme, yang ada di Jalan Gajahmada Nomor 107 Semarang. Keduanya merupakan pewaris dari generasi keempat dan kelima dari lunpia Semarang.

Lunpia Gang Lombok diwariskan kepada generasi ketiga yakni Siem Swie Kiem atau Purnomo Usodo dan anaknya Untung Usodo. Saat ini Untung Usodo sebagai generasi keempat yang lebih banyak menangani dapur dan pesenan lunpia di warungnnya.

Warung Lunpia Gang Lombok merupakan warung lunpia tertua di Semarang milik keturunan Tjoa Thay Yoe. Letaknya juga di samping klenteng tertua Tay Kak Sie.

Pada liburan Lebaran atau musim mudik ini, meski warungnya yang sempit dan menyempil di gang yang hanya cukup dilalui satu mobil, tak menyurutkan minat para tamu yang ingin mencicipi Lunpia Gang Lombok.

Biasanya pembeli juga merupakan wisatawan yang singgah di Kelenteng Tay Kak Sie, ada juga warga Semarang asli dan para pemudik yang berburu kuliner sebagai buah tangan. Banyak pelanggan seperti dari Solo, Jakarta, Bandung bahkan sampai turis asing juga ikut mengantre di depan warung.

Di warung lunpia Gang lombok ini, meski para pembeli harus duduk berhimpitan dengan pengunjung lain namun tak menyurutkan semangat pemudik untuk mencicipinya.

Ada lunpia goreng dan lunpia basah lengkap dengan acar mentimun, khas saus aci berwarna coklat sebagai cocolan bertabur bawang putih, daun selada, cabai rawit, dan daun lokio.

“Kombinasi rasa dari aneka makanan yang telah masuk ke mulut akan menciptakan sensasi kenikmatan tersendiri yang tidak akan didapatkan di tempat lain,” tutur Untung Usodo, Sabtu (8/6/2019).

Soal harga, untuk satu jenis lumpia dibanderol Rp 17 ribu baik lunpia basah maupun goreng. Pelanggan yang ingin menikmati di rumah bisa memesan dengan dibungkus besek bambu yang berisi 5-20 lunpia.

“Meski tak berbahan pengawet lunpia basah bisa bertahan sampai 2 hari dan lumpia goreng bisa sampai 3 hari tanpa di freezer,” katanya.

Untuk pesanan di hari biasa Untung Usodo mengaku bisa mencapai 800 buah lunpia, jika hari libur bisa mencapai 1500 buah. Saat Lebaran dan musim mudik pesanan bisa bertambah tiga kali lipatnya.

Sementara, di Toko Lunpia Cik Meme atau Meliani Sugiarto, yang ada di Jalan Gajahmada Nomor 107 Semarang, juga tak kalah ramai pengunjung. Sebagai pewaris generasi kelima, Lunpia Cik Meme memberikan varian empat rasa dari lunpia original.

“Kami memodifikasi menjadi enam varian agar menambah nilai cita rasa lunpia,” kata Cik Meme.

Cik Meme, mengkreasi lunpia menjadi enam rasa, seperti Lunpia Raja Nusantara dengan rasa jamur dan kacang mete, Lunpia Kajamu berisi daging kambing jantan muda, Lunpia Fish dengan campuran ikan kakap, Lunpia Crab isian daging kepiting, Lunpia Original dengan campuran rebung, udang, ayam serta Lunpia Plain untuk kalangan vegetarian.

“Kalau pemudik dari Jakarta biasanya suka yang Lunpia Crab, dari Jawa Barat suka yang asin seperti Lunpia Fish, yang original pasti pada beli semua,” bebernya.(HS)

Besok, Tradisi Sesaji Rewanda dan Pagelaran Mahakarya Legenda Gua Kreo Siap Dihelat 

Pemkot Gratiskan Penggunaan Panggung Budaya di Taman Indonesia Kaya