HALO BATANG – Nyanyian sinden yang merdu diiringi musik gamelan, mengawali pertunjukan penari laki-laki dan perempuan, yang berlenggak-lenggok penuh gemulai, dibalut kostum khas kuda lumping.
Atraksi Lengger, begitulah masyarakat Kabupaten Batang menyebut kesenian yang ditampilkan di Gedung Pertemuan Pagilaran tersebut, Sabtu (13/2/2022). Upaya melestarikan kesenian tradisional, yang mula hilang ditelan masa tersebut, mengemuka dalam Dialog Parlemen dan Pagelaran Media Tradisional, dengan tema Nguri-uri Kesenian Khas Kabupaten Batang.
Sebagai narasumber utama, anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng, Masruhan Samsurie bersama narasumber lain yang hadir, yakni Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang, Affy Koesmoyorini dan Dosen IAIN Pekalongan Turno.
Pada kesempatan itu, salah satu pelaku seni yang masih berusia 18 tahun, Alifah, mengaku bangga bisa ikut melestarikan Kesenian Lengger tersebut.
Namun, dia juga mengakui kesenian itu mulai ditinggalkan oleh kaum muda, karena lebih berminat menikmati budaya mancanegara.
Dalam rutinitasnya, Alifah juga mengungkapkan teman-temannya, enggan melestarikan budaya itu karena kostum yang digunakan untuk penari perempuan terlihat terbuka sehingga takut menimbulkan kesan negatiif.
“Saya bangga sebagai anak muda yang masih melestarikan kebudayaan Indonesia yang sudah lama. Tapi teman-teman saya tidak berminat untuk ikut melestarikan kesenian itu, karena lebih suka hiburan barat. Selain itu, mereka juga malu karena kostum yang dipakai Penari Lengger untuk perempuan terlihat terbuka jadi mereka takut dipandang kurang baik sama teman-teman yang lain,” tutur Alifah, seperti dirilis dprd.jatengprov.go.id.
Dosen IAIN Pekalongan, Turno memberi tanggapan sekaligus solusi agar atraksi Kesenian Lengger itu, dapat terus dilestarikan oleh generasi penerus bangsa. Menurutnya, kesenian lengger dapat dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal (mulok), sehingga dapat dipelajari secara formal.
“Kalau mendengar ungkapan dari Dik Alifah tadi, saya bisa memberikan solusi dan masukan kepada Pak Masruhan selaku wakil masyarakat dan Ibu Affy sebagai perwakilan dari Disdikbud, agar kesenian itu bisa dimasukkan ke dalam kurikulum mulok ya, sehingga kita dapat mengajarkan Kesenian Lengger tersebut secara formal,” ujar dosen.
Menanggapinya, Affy Koesmoyorini beranggapan bahwa usulan itu dapat dipertimbangkan dengan baik, karena didasari atas keinginan menjaga kekayaan budaya dan menurunkannya untuk anak cucu ke depannya.
“Usulan dari Pak Turno itu bisa menjadi solusi untuk permasalahan yang diungkapkan oleh Dik Alifah. Akan saya sampaikan usulan tersebut agar bisa dipertimbangkan karena tujuannya agar anak cucu kita nanti masih bisa menikmati budaya yang menjadi kekayaan Indonesia,” ujar Affy.
Senada dengan Affy, Masruhan juga setuju dengan usulan itu dan meminta Disdikbud Kabupaten Batang segera menindaklanjuti ke dalam kurikulum mulok. Ia mengaku ingin terus menikmati kesenian tersebut ke depannya.
“Usulan yang bagus ya Pak Turno. Bu Affy, tolong agar usulan itu segera ditindaklanjuti oleh disdikbud ya agar atraksi Kesenian Lengger dimasukkan ke dalam kurikulum mulok di Kabupaten Batang. Saya berharap, dengan dilestarikannya kesenian tersebut, saya bisa terus menikmatinya untuk ke depannya,” harapnya. (HS-08)