HALO PEMALANG – Anggota Komisi VI DPR RI Rizal Bawazier, mendorong Pemerintah Pusat untuk memprioritaskan realisasi pembangunan Giant Sea Wall (GSW) atau tanggul laut raksasa, demi mengatasi banjir dan rob, di wilayah pantura Jawa Tengah, termasuk di wilayah Pemalang.
Desakan itu disampaikan Rizal Bawazier, Minggu (26/10/2025), terkait kegiatan reses yang dia gelar sebelumnya, di komplek Pantai Kertosari, Ulujami, Kamis (23/10/2025) silam.
Kegiatan reses ini dihadiri sejumlah kepala desa di Kecamatan Ulujami, antaranya Kades Kertosari, Blendung, Kaliprau, Samong, dan beberapa kepala desa di kecamatan paling timur Kabupaten Pemalang.
Menanggapi keluhan dari para perwakilan kepala desa, Rizal Bawazier langsung menindaklanjuti aspirasi tersebut.
“Untuk daerah Ulujami, Pemalang, Pekalongan kota, dan Batang di sebelah barat, saya minta di 2026 segera dibangun tanggul raksasa,” ujarnya, seperti dirilis dpr.go.id.
Lebih lanjut, Rizal berjanji akan terus mendorong pemerintah untuk segera mewujudkan proyek penanggulangan banjir rob tersebut.
“Kita fokus ke Menteri AHY karena program ini merupakan program presiden ke presiden, pak Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai menteri koordinator bidang infrastruktur dan pembangunan kewilayahan. Kita terus mendorong agar diutamakan. Kita tidak mau pakai mangrove, kita mau jenis tanggul atau Giant Sea Wall (GSW),” terang Anggota Komisi VI DPR RI ini.
Masalah dana untuk membangun tanggul raksasa atau Giant Sea Wall (GSW) yang sedang dibicarakan, Rizal Bawazier menyatakan bahwa dana bisa berasal dari APBN atau dari investor.
“Reklamasi untuk mencegah rob ini, dana nya berasal dari APBN atau investor, jadi jika ada dari investor, biasanya ada manfaat yang bisa dinikmati oleh investor itu sendiri, jadi tidak hanya sekadar membangun tanggul di pesisir pantai, apa yang bisa diharapkan oleh investor itu yang sedang dipertimbangkan,” jelas Rizal.
“Manfaat yang bisa dimanfaatkan di sepanjang jalur rob ini sebenarnya cukup banyak, misalnya seperti kawasan industri atau kawasan rekreasi yang bisa dimanfaatkan oleh investor tersebut,” kata dia.
Sebelumnya, para kepala desa dan warga menyampaikan permasalah yang mereka hadapi, seperti banjir akibat air laut yang meluap (rob), akses jalan yang rusak, sampai lahan pertanian yang tergenang air.
Kepala Desa Kertosari, Supriyanto, dalam pertemuan itu menyampaikan keluhan terkait banyaknya lahan pertanian yang tenggelam akibat banjir rob.
“Kami mengalami masalah, banjir rob sampai ke pemukiman. Yang paling parah adalah Desa Blendung, karena hampir semua pemukiman tergenang air rob. Untuk lahan pertanian, hampir semua tidak bisa ditanami, khususnya di Kertosari hanya 20 persen yang bisa ditanami, sedangkan untuk tambak hampir semua tidak bisa beroperasi,” keluhnya. (HS-08)


