in

Bertemu Bupati Sragen, Petani Cerita Dapat Penghasilan Rp 500 Ribu Per Bulan

Panen raya di Kabupaten Sragen. (Foto : sragenkab.go.id)

 

HALO SRAGEN – Acara panen raya yang berlangsung di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, dimanfaatkan petani untuk curhat tentang sulitnya kehidupan mereka.

Kepada Bupati Sragen, Sigit Pamungkas yang hadir dalam kegiatan yang digelar di Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran tersebut,  salah seorang anggota Kelompok Tani (Poktan) Dewi Sri IV, Suhardi menceritakan minimnya pendapatan yang diterimanya.

“Penghasilan rata-rata kami per bulan Rp 500 ribu, itupun kalau harga beras sedang baik. Kalau tidak ya antara Rp 300 – 400 ribu, kadang juga merugi.” Kata dia, seperti dirilis sragenkab.go.id.

Suhardi memaparkan rata-rata dalam setahun petani mendapatkan Rp 30 juta dari hasil 3x panen.

Jumlah tersebut masih dikurangi biaya sewa tahunan, sebesar Rp 13 juta per patok sawah serta biaya menyiangi gulma hingga pemupukan sebesar Rp 12 juta.

Sehingga dapat disimpulkan penghasilan bersih petani per tahun hanya Rp 5 juta.

Sementara itu dalam acara Panen Raya Serentak di 14 Provinsi bersama Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto, baru-baru ini tersebut, Bupati Sragen, Sigit Pamungkas mengatakan Sragen merupakan wilayah agraris dengan 60% penduduk yang bekerja di sektor pertanian.

Hal ini menjadikan Sragen sebagai lumbung padi terbesar ke-2 se-Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan nomor 9 di tingkat nasional.

“Pencapaian ini berkat keluarga petani yang tetap mencintai profesinya di tengah segenap kesulitan yang mereka hadapi.” kata dia.

Namun di balik prestasi itu, tersimpan realitas kehidupan petani yang penuh dengan perjuangan, di mana penghasilan mereka sangat kecil.

Dalam kesempatan yang dihadiri oleh Wakil Pimpinan Cabang Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Wapinca Perum Bulog) Surakarta, Diki Yusfarino, tersebut Bupati Sigit menekankan keadaan inilah yang membuat petani rentan berutang ke bank.

Kondisi terburuk adalah ketika petani menemui jalan buntu dan memilih untuk meminjam uang ke bank thitil dengan bunga yang lebih tinggi, dikhawatirkan petani yang tidak bisa membayar pinjaman akan menjual aset yang dimilikinya.

“Itu adalah kehidupan petani yang tidak memiliki tanah sendiri, Jika mata rantai ini tidak kita perhatikan, maka siklus kemiskinan akan lahir dan petani menjadi kelompok yang paling sulit keluar dari zona pra-sejahtera.” tegasnya.

Untuk meringankan beban petani, Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dalam tahap diskusi untuk memberikan tambahan subsidi pupuk, pestisida, dan sumur dengan pompa submersible.

Upaya ini dilakukan untuk menekan biaya produksi petani, sehingga margin keuntungan petani Sragen dapat meningkat.

“Kita ingin setiap tahun semua petani mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Selama ini bantuan untuk petani bersifat zig zag, jadi tahun ini petani tertentu yang mendapat lalu tahun berikutnya berganti ke petani lain.” terangnya.

Lebih lanjut Bupati Sragen menekankan pentingnya sosialisasi keamanan penanganan hama untuk petani, sebagai antisipasi adanya korban jiwa.

Mengingat alam satu tahun, sekitar 12 petani di Sragen mengalami kecelakaan ketika membasmi hama tikus menggunakan strum atau arus listrik.

“Petani sudah berjuang sekuat tenaga untuk menghidupi keluarga dan menyediakan pangan untuk kita semua, mohon lebih berhati-hati karena pekerjaan ini memiliki resiko yang cukup besar dalam pengendalian hama.” pesannya.

Di Kabupaten Sragen sendiri telah didirikan Modern Rice Miling Plant (MRMP) atau Sentra Penggilingan Padi Modern oleh Perum Bulog di Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran.

Fasilitas ini diharapkan mampu menjadi solusi strategi dalam penyerapan gabah, khususnya saat musim panen raya atau ketika harga tawar rendah / di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). (HS-08)

Ahmad Luthfi Minta BPKP Terus Awasi dan Evaluasi Pembangunan di Jawa Tengah

UBY Grand Launching Graha Amarta, Wabup Boyolali Berharap Bisa Bermanfaat Bagi Masyarakat