HALO SEMARANG – Sebanyak 80 penceramah yang berasal dari perwakilan Ormas Islam se-Indonesia dan negara-negara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) Penguatan Kompetensi Penceramah Agama Islam.
Kegiatan ini digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) di Jakarta, Senin (7/10/2024) hingga Selasa (10/10/2024).
Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan wawasan dan metodologi dakwah para penceramah agar mampu menghadapi tantangan dakwah di era digital.
Direktur Penerangan Agama Islam Kemenag, Ahmad Zayadi mengatakan sejak tahun 2020, Bimtek ini telah meluluskan 9.843 penceramah.
“Kemenag telah menyelenggarakan Bimtek penguatan kompetensi ini sebanyak 7 kali di tingkat pusat dan 2 kali tingkat provinsi di seluruh Indonesia. Sampai hari ini, alumni dari program Bimtek ini tercatat sekurang-kurangnya ada 9.843 dai daiyah, yang telah terdaftar semuanya dalam aplikasi Ustadz Kita,” kata dia, seperti dirilis kemenag.go.id.
Zayadi melanjutkan, Bimtek ini digelar atas kerja sama berbagai lembaga, seperti Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Selain mengikuti pelatihan, para peserta dari Brunei, Malaysia, dan Singapura dijadwalkan akan mengunjungi Masjid Istiqlal di Jakarta dan Unit Percetakan Al-Qur’an di Ciawi, Bogor.
Metode Dakwah
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin, mengingatkan para penceramah untuk mencontoh metode dakwah Rasulullah Saw, yang menekankan pada sikap lemah lembut.
“Saya teringat ketika Nabi mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berdakwah di Yaman. Nabi mengajarkan agar selalu mempermudah dan tidak mempersulit, serta menyampaikan kabar gembira, karena agama Islam pada dasarnya membawa kebahagiaan,” ujar Kamaruddin.
Ia juga mengungkapkan pentingnya penceramah untuk tidak memberi informasi yang membuat umat lari dari agama.
“Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa karena rahmat Allah, Nabi Muhammad bersikap lemah lembut. Jika Nabi bersikap keras, maka umat akan meninggalkannya,” lanjut Kamaruddin.
Ia mengingatkan, dakwah seharusnya menumbuhkan cinta, bukan permusuhan. Kamaruddin pun menekankan bahwa Islam adalah agama yang damai dan toleran.
“Kita harus mempromosikan Islam yang rahmatanlil’alamin. Banyak ayat dan hadis yang menekankan pentingnya cinta dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah sendiri berdoa setiap hari agar umatnya hidup dalam salam dan kedamaian,” jelasnya.
Menurut Kamaruddin, dakwah yang dilakukan dengan lemah lembut dan penuh cinta akan semakin menguatkan citra Islam sebagai agama yang simpatik di mata dunia.
Ia juga mengingatkan bahwa Islam diprediksi akan menjadi agama terbesar di dunia pada tahun 2075.
“Perkembangan Islam di dunia sangat menarik dan luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Islam semakin dirasakan perannya oleh masyarakat global,” tambahnya. (HS-08)