in

Yayuk Basuki: Banyak Atlet Kehilangan Motivasi untuk Pengembangan Diri

Yayuk Basuki saat bicara dalam diskusi “Gagasan dan Perjuangan Yayuk Basuki untuk Merevisi Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional” di Pullens Resto, Jalan Singosari, Semarang, Sabtu (13/4/2019).

 

HALO SEMARANG – Prestasi olahraga Indonesia yang terus mundur, membuat banyak atlet kehilangan motivasi untuk pengembangan diri lagi. Hal itu disampaikan Anggota komisi X DPR RI, Yayuk Basuki saat menggelar diskusi bersama para jurnalis Semarang dengan tema “Gagasan dan Perjuangan Yayuk Basuki untuk Merevisi Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional” di Pullens Resto, Jalan Singosari, Semarang, Sabtu (13/4/2019).
Menurutnya, sikap “mutung” para atlet itu karena kurangnya perhatian pemerintah dalam pengembangan sektor olahraga.

“Hal itu juga tak lepas dari carut marutnya sistem olahraga di Indonesia. Maka sistem harus diperbaiki. Khususnya peran KONI. Saat ini peran pengurus olahraga di Indonesia terpecah menjadi dua, KOI dan KONI. Dengan segala persoalan itu yang jadi korban tentu adalah atlet dan pelatih,” kata mantan pemain tenis Indonesia dan dunia yang terkenal pada era tahun 1990-an tersebut.

Menurutnya, masa depan prestasi olahraga nasional masih belum menemukan arah yang jelas. Momentum kebangkitan olahraga hanya sebatas dijadikan seremonial semata.

“Prestasi kita di Asian Games tidak dikuti dengan prestasi dalam melakukan pembibitan atlet muda di berbagai daerah. Padahal SEA-Games 2019 dan Olimpiade 2020 sudah di depan mata. Keberadaan Undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) No 3 Tahun 2005, masih belum bisa menjawab sepenuhnya permasalahan olahraga di tanah air,” tegas wanita kelahiran Yogyakarta, 30 November 1972 ini.

Kurangnya koordinasi antarlembaga, tumpang tindih lembaga terkait dan buruknya pengawasan pemerintah, menjadi banyak sebab yang mengakibatkan prestasi olahraga di Indonesia tak berkembang. Relatif hanya bulu tangkis yang bisa berprestasi konsisten di tingkat dunia, karena ada sokongan penuh dari pihak swasta.

“Yang jelas masalahnya, masih kurangnya perhatian pemerintah dalam pemberian penghargaan bagi atlet berprestasi, khususnya untuk pemberian jaminan hari tua. Dalam hal sarana prasarana masih terdapat masalah yaitu kurangnya komitmen pemerintah dan pemerintah daerah dalam pemenuhan sarana dan prasarana sesuai standar keolahragaan. Ditambah kurang optimalnya pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana. Saya memandang pemberian penghargaan olahraga, baik dalam bentuk pekerjaan maupun jaminan hari tua, bagi olahragawan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tegasnya.

Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, menurut Yayuk Basuki juga perlu meningkatkan alokasi APBN/APBD dalam setiap anggaran tahunan untuk pelaku olahraga.

“Tidak optimalnya peran UU SKN ini perlu didorong untuk segera direvisi agar ke depan bisa menjadi landasan dalam memajukan olahraga nasional. Maka untuk itu saya akan mengawal terus proses revisi ini di legislatif, jangan sampai melenceng dari apa yang diharapkan oleh para atlet,” tegas politisi PAN ini.

Sementara dalam diskusi itu juga menghadirkan Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS. Menurut Amir Machmud NS, diperlukan perhatian dari pemerintah terkait masa depan atlet di Indonesia. Menurutnya yang dibutuhkan untuk mengangkat motivasi para atlet adalah jaminan hidup di hari tua. Banyak mantan atlet berprestasi, yang menurutnya kini hidup tanpa jaminan ekonomi yang layak. “Maka harus ada apresiasi bagi atlet yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Jangan diberikan dalam bentuk instan, namun dengan jaminan masa depan. Misal beasiswa, atau dana pensiun,” katanya.(HS)

Peringatan HUT Kementerian BUMN di Semarang, Sound Mati Saat Rini Soemarno Pidato

Ngaji Kebangsaan di USM Hadirkan Penulis Novel “Ayat-ayat Cinta”