BERTEKAD mengangkat batik dengan tema Filosofi Kabupaten Kendal, pengrajin batik asal Desa Lanji, Kecamatan Patebon, Widji Astuti terus menciptakan inovasi motif batik.
Bahkan, dirinya menyebut, saat ini sudah mempunyai 14 motif Batik Kendal yang telah dipatenkan.
Widji Astuti saat ditemui di Griya Batik Widji mengungkapkan, setiap motif yang ia ciptakan mempunyai filosofi dan makna yang berkaitan dengan sejarah maupun potensi Kabupaten Kendal.
Ia pun mengaku berusaha membuat motif dengan desain-desain dia sendiri, dan memang ingin menampilkan ciri khas Kabupaten Kendal.
Widji menjelaskan, 14 motif yang telah dimilikinya tersebut di antaranya adalah motif identitas Kendal; berupa siluet Kendal, bunga setaman, daun, parang, halilintar, kendil, kereta kencana, bahurekso, lemah teles, keris, curug sewu, bunga tembakau, beras tumpah dan kawung Kendal.
Dirinya berharap, Batik Kendal semakin berkibar dan dikenal luas, dengan identitas ciri khas Kendal dan benar-benar buatan asli Kendal.
Sebenarnya, lanjut Widji, perjalanannya dalam memperjuangkan batik khas Kendal tak luput dari peran pemerintah.
Diceritakan, awal mula perjalanannya sebagai pengrajin batik saat dirinya diajak mengikuti pelatihan dan pembinaan yang digelar oleh Pemkab Kendal melalui dinas terkait pada tahun 2011.
Dari sanalah kemudian Widji mulai belajar bagaimana cara mencanting, kemudian menorehkan canting supaya tidak bocor dan rajin hasilnya.
Selanjutnya, dirinya menerima pesanan 100 kain batik dari Korwil Kecamatan Sukorejo yang memesan desain batik dengan motif Curug Sewu.
Akhirnya, usaha membatik Widji mulai dikenal, dan setelah itu banyak sekali pesanan-pesanan batik motif Kendal lainnya.
Menurutnya, memang tidak mudah dalam perjalanannya menekuni usaha batik. Harus dilakukan dengan ketekunan dan kesabaran.
Bahkan, dalam sebulan dirinya mengaku bisa menyelesaikan 100 potong batik dengan berbagai motif.
Widji menyebut, harga kain batik ini berkisar dari Rp 150 ribu hingga Rp 1,5 juta. Sementara untuk omzet yang didapat, saat ini masih berkisar dari Rp 10 juta sampai Rp 30 juta perbulan.
Dirinya berharap, adanya bantuan dari pemerintah untuk membesarkan UMKM miliknya. Supaya bisa menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga dari kalangan menengah ke bawah.
Widji yang mengaku hanya tamatan sekolah dasar tersebut mempunyai keinginan, bisa merekrut ibu-ibu yang tidak sekolah untuk bisa belajar sambil bekerja.
“Saya ingin menularkan apa yang saya tahu terkait membatik, akan saya ajarkan ilmu saya kepada ibu-ibu. Supaya bisa belajar sambil bekerja,” ungkapnya. (HS-06)