in

Waspadai Demam Berdarah!

ilustrasi

Meski tahun demi tahun jumlah penderita mulai turun, demam berdarah masih menjadi ancaman warga Kota Semarang saat memasuki musim hujan. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Widoyono, Jumat (30/11). “Menghadapi musim hujan, musuh bebuyutan kami masih demam berdarah. Karena saat musim hujan banyak genangan air, banyak sebaran nyamuk akibat tempat berkembang biak yang juga makin banyak. Kami mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dengan rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” katanya.
Menurutnya angka demam berdarah di Kota Semarang memang menurun drastis. Dari sebelumnya setiap tahun ada ribuan penderita yang terdata, tahun 2018 ini total hanya ratusan warga yang dinyatakan positif demam berdarah. Meski begitu pihaknya tetap terus melakukan antisipasi dengan aktif melaksanakan kampanye pemberantasan sarang nyamuk ke masyarakat.
“Saat ini yang jadi perhatian malah kasus TBC, HIV/Aids, dan angka kematian ibu. Tiga masalah ini masih menjadi fokus kami. Apalagi HIV/Aids, kasusnya mirip gunung es. Yang kelihatan merupakan permukaan saja. Karena banyak pengidap yang malu atau takut memeriksakan diri ke rumah sakit. Mereka kadang malah tidak mau mengakui kalau memang positif. Ini yang menjadi pekerjaan rumah kami,” katanya.
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang mencatat, dari grafik kasus demam berdarah, dari 16 kecamatan di Kota Semarang yang menduduki peringkat tertinggi masih Kecamatan Tembalang, kemudian disusul Mijen, dan Ngaliyan. Adapun bulan-bulan rawan masyakarat terkena deman berdarah yakni awal dan akhir musim hujan. Apabila dilihat dari waktunya, yakni antara pukul 08.00 hingga pukul 10.00.
Purnomo, Ketua RT 9 RW II Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang mengatakan, sebenarnya warga di lingkungannya sudah rutin melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk tiap akhir pekan. Selain itu juga ada petugas jumantik dari kelurahan yang rutin melakukan pengecekan ke rumah warga. Hanya saja, katanya, banyaknya rumah kosong di lingkungannya yang ditinggalkan pemilik, menjadikan lingkungan itu menjadi tak terurus dan kemudian jadi sarang nyamuk. Apalagi biasanya, pemilik rumah sebelum mengosongkan rumah juga mengisi bak mandi. “Sendangmulyo merupakan lingkungan perumahan. Di sini banyak sekali rumah yang dibeli hanya untuk investasi, dan kemudian dikosongkan oleh pemiliknya. Apalagi kunci rumah juga tidak dititipkan ke pihak RT. Hal inilah yang membuat kami kesulitan mengontrol rumah-rumah kosong ini,” katanya.
Persoalan perumahan itu dibenarkan Camat Tembalang, Heru Sukendar, tak hanya rumah kosong, banyaknya kos-kosan di wilayah Tembalang juga menjadi sorotan pihak kecamatan dalam menekan angka demam berdarah di lingkungannya. Karena lingkungan kos-kosan, biasanya penghuninya kurang memperhatikan kebersihan sekitar. “Tapi kami terus melakukan sosialisasi, agar warga rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Selain itu juga ada pasukan pemantau jentik (jumantik) yang rutin mengecek tampungan air rumah warga,” tandasnya.(LW)

Duh..Pipa PDAM Bocor, 12 Ribu Pelanggan Tak Teraliri Air

Supriyadi Heran, Ada Kontraktor Aceh Kerjakan Tujuh Proyek di Semarang