HALO REMBANG – Memasuki tahun ke-5 Pasar Ramadan yang diselenggarakan oleh SKRM Squad di Dusun Sekararum, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang panitia mendapatkan kejutan dengan kunjungan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, Rabu (13/4/2022).
Taj Yasin Maimoen mengaku bangga kepada masyarakat, komunitas, serta para pegiat ekonomi kreatif yang aktif terlibat dalam mendorong peningkatan ekonomi dan kemandirian warga. Misalnya yang ditunjukkan melalui penyelenggaraan Pasar Ramadan Sekarsari sebagai sarana berwisata kuliner di Kabupaten Rembang.
“Terima kasih kepada teman-teman pegiat ekonomi kreatif dan masyarakat Sekarsari Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang yang mendorong masyarakat untuk mandiri dan memiliki etos kerja, menciptakan lahan untuk kawasan perdagangan, sehingga mereka bisa berjualan bersama-sama,” kata Taj Yasin usai mengunjungi Pasar Ramadan.
Ketua Panitia Nopfi Eldinanto (24) mengatakan, pasar kali ini cukup istimewa dengan memanfaatkan aksesori lokal. Jika tadinya di tahun-tahun sebelumnya stand terbuat dari bambu, untuk tahun ini materil kayu bekas dan penampang penjemur tembakau diutamakan.
“Di sini banyak yang petani tembakau, atap stand kami gunakan materi yang ada, yang penting tidak kena hujan dan tetap artistik,” katanya pada media.
Ini juga membedakan kelatahanan pasar-pasar Ramadan lain yang didominasi materi bambu, Nopfi memastikan pasarnya harus beda dari yang lain. Material panggung juga menggunakan bekas alat membajak padi, sekat dinding kayu, dan genteng-genteng tidak terpakai.
“Kebetulan lokasinya adalah bekas rumah warga yang pindah dan kami manfaatkan betul sisa bahan bangunan tak terpakai untuk bahan artistik,” katanya.
Menurut pengakuan Nopfi, Pasar Ramadan ini juga bagian dari inovasi anak-anak muda Sekararum yang sebelumnya mulai aktif sejak tahun 2018. Bermula dari aktivitas menonton dangdut dan mengundang grup dangdutan, pelan-pelan remaja-remaja ini bertransformasi menjadi penggerak kampung.
“Kami disatukan oleh grup Whatsapp yang tadinya hanya berbagi kabar acara-acara dangdutan di desa-desa sekitar, biasanya kami pergi untuk nonton bareng,” tambahnya.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Karang Taruna setempat, Ahdiat Galih. Menurutnya kegiatan yang tadinya terkesan enteng dan sepele, telah menjadi lem sosial di antara remaja.
Galih masih ingat gagasan membuat pasar di kampung telah mengemuka sejak tahun 1990an oleh bapak-bapak dan perangkat desa, namun hingga direalisasikan anak muda ide ini tak pernah mewujud.
“Bisa dikatakan ini satu tonggak bagi kami karena telah melakukan apa yang dulu tak bisa dilakukan oleh bapak ibu kami di masa lalu,” ujarnya.
Para pedagangnya sendiri mayoritas dari pelaku UMKM kampung maupun para pemilik toko kelontong atau pedagang dadakan. Omzetnya dinyatakan Galih sehari bisa sampai Rp 1 juta dan pasar berlangsung sepanjang bulan Ramadan.
Salah satu pengunjung, Nurul Almira (35) warga Ds Logede, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Sekararum, mengaku terkesan dengan adanya pasar ini dan bisa memotivasi desa lain.
“Saya sengaja mencari takjil di sini dan juga melihat tontontan karena biasanya ada acara-acara tertentu di akhir pekan,” katanya.(HS)