in

Vaksin Sinovac Disimpan di Bio Farma Bandung

Petugas Biofarma mendata vaksin yang telah tiba. (Foto : covid19.go.id)

 

HALO SEMARANG – Setelah menempuh perjalanan darat selama tiga jam dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (7/12) pagi tadi 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac dari Tiongkok, tiba di Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung, dengan pengawalan ketat aparat keamanan.

Vaksin yang disimpan dalam tujuh Envirotainer itu, diangkut menggunakan tiga buah truk. Vaksin kemudian dipindahkan dari Envirotainer, untuk disimpan di cool room dengan suhu 2-8 derajat celcius. Ruangan tersebut telah disterilisasi dan disiapkan khusus untuk menyimpan vaksin Covid-19.

Vaksin kemudian akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.

Dalam pernyataan yang disampaikan pada saat meninjau simulasi vaksinasi di Puskesmas Tanah Sareal, Kota Bogor, Rabu, 18 November 2020 lalu, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa setelah tiba, vaksin memerlukan sejumlah tahapan sebelum bisa diberikan kepada masyarakat.

“Setelah mendapatkan izin dari BPOM, baru kita lakukan vaksinasi. Kaidah-kaidah saintifik, kaidah-kaidah ilmiah ini juga saya sudah sampaikan, wajib diikuti. Kita ingin keselamatan, keamanan masyarakat itu harus betul-betul diberikan tempat yang paling tinggi,” ucap Presiden.

Sementara itu dalam upaya mempersiapkan pemberian vaksin ke masyarakat, Pemerintah juga telah menunjuk dua BUMN, yaitu PT Bio Farma dan PT Telkom, untuk membangun sistem informasi satu data vaksinasi Covid-19.

Sistem informasi ini dibuat untuk mengintegrasikan data dari berbagai sumber, menjadi satu data dan menghindari informasi data ganda.

Fajrin Rasyid, Direktur Digital Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk mengatakan sistem tersebut akan mendata penerima secara by name dan by address.

Kemudian akan menjadi aplikasi pendaftaran vaksin pemerintah dan mandiri, dan memetakan supply dan distribusi vaksin dengan lokasi vaksinasi. Sistem yang akan diintegrasikan ini juga akan memonitor hasil pelaksanaan vaksinasi.

“Sistem informasi satu data ini sangat penting untuk mengawali revolusi dunia kesehatan nasional. Awal yang baik untuk sistem kesehatan Indonesia, ” kata dia.

Direktur Digital Healthcare PT Bio Farma (Persero), Soleh Ayubi, mengatakan bahwa pembuatan sistem informasi data yang sedang dikembangkan oleh pihaknya akan mengikuti regulasi yang ada.

“Semua proses ini harus mengikuti best practice, harus mengikuti regulasi yang ada. Baik regulasi dari Kementerian Kesehatan, Badan POM, Kominfo, berkaitan privasi data (penerima vaskin) dan seterusnya,”, terangnya.

Dijelaskannya, digitalisasi sistem informasi satu data ini juga akan dapat menyaring siapa saja orang yang bisa menerima vaksin. Sistem registrasi akan memastikan bahwa pendaftar berhak atau tidak sebagai penerima vaksin berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditentukan Kementerian Kesehatan.

“Namun seluruh data pendaftar yang sudah masuk, masih tetap akan ditampung hingga yang bersangkutan dinyatakan bisa menerima vaksin,” ujarnya.

Data-data yang dikelola Bio Farma tidak hanya terbatas pada data penerima vaksin, tetapi juga data-data vaksin yang didistribusikan. Soleh mengatakan, Bio Farma akan memastikan keamanan vaksin yang akan dipantau secara digital lewat label barcode yang ada di botol hingga tempat penyimpanan vaksin. “Dan ini jadi yang menjadi pertama di Asia Tenggara. Setiap botol vaksin akan ada ID-nya, akan ada barcode-nya,” kata Soleh. (HS-08)

Ekspor Meningkat, Industri Keramik Semakin Kemilau

Yoyok Sukawi Anggap Pemangkasan Liburan Akhir Tahun sebagai Solusi Terbaik