
KESADARAN warga Kota Semarang dalam mematuhi protokol kesehatan beberapa pekan terakhir menurun. Akibatnya kenaikan kasus Covid-19 pun tak terelakkan.
Dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang, dalam sepekan terakhir kepatuhan warga Kota Semarang dalam menjaga jarak berkisar 66%, serta kepatuhan memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun berkisar 70%.
Pada dua pekan sebelumnya nilai kepatuhan cuci tangan, pakai masker sebenarnya sudah di angka hampir 80% dan kepatuhan jaga jarak sudah di angka 70%.
Abdul Majid, anggota Komisi D DPRD Kota Semarang mengatakan, ada persoalan yang harus diurai terkait turunnya kesadaran masyarakat dalam kepatuhan penerapan protokol kesehatan.
Menurut dia, masyarakat mulai ada kejenuhan akan persoalan pandemi corona ini. Bahkan beberapa orang menjadi tak percaya dan abai pada protokol kesehatan. Khususnya masyarakat kelas pekerja informal yang harus memenuhi kebutuhan hidup dengan mengabaikan risiko penularan.
“Ini nyata, banyak pedagang dan pekerja di pasar tradisional yang sudah tak peduli akan protokol kesehatan. Ini perlu ada penyadaran kembali, bahwa protokol kesehatan itu sangat penting untuk memutus mata rantai penularan corona,” katanya, Minggu (6/12/2020).
Dikatakan, di daerah-daerah permukiman padat, masyarakat juga banyak yang abai akan protokol kesehatan. Banyak warga yang tak memiliki kedisiplinan penerapan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak). Maka untuk itu dia mendorong Pemkot Semarang menggerakkan aparatnya hingga tingkat RT dan RW untuk kembali menanamkan kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan.
“Jangan sampai masalah ini menjadi persoalan yang membuat angka penularan corona tak bisa terbendung. Peran semua pihak dibutuhkan untuk memutus mata rantai corona,” tegasnya.
Sebagai informasi, kasus penularan Covid-19 di Kota Semarang masih terus bergerak fluktuatif. Hingga saat ini kasus penularan pun masih terjadi. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Moh Abdul Hakam mengatakan, dalam dua pekan terakhir kasus Covid-19 terjadi peningkatan. Sebelumnya, pihaknya mengira kasus tertinggi pada Juni lalu.
Namun, pada pekan ke-47 kasus di Kota Semarang ternyata kembali naik. Bahkan, berdasarkan data Dinas Kesehatan pada Rabu (2/12/2020) lalu, kasus Covid-19 mencapai 739 kasus.
“Yang bikin angka naik karena protokol kesehatannya rendah. Orang-orang pada bosan menerapkan protokol kesehatan, padahal vaksin belum ada,” ujar Hakam, Jumat (4/12/2020).
Hakam melanjutkan, Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pengamatan protokol kesehatan di masyarakat per dua minggu. Berdasarkan hasil pengamatan data pada 20 November 2020, tingkat penerapan protokol kesehatan masyarakat memang menurun. Penerapan cuci tangan dan memakai masker pada angka 70 persen. Sedangkan jarak hanya sebesar 66 persen. Padahal pekan sebelumnya mencapai 70-75 persen.
“Kami nilai dua minggu sekali di masing-masing wilayah kerja puskesmas. Kami ambil sampel 10 persen dari jumlah penduduk di masing-masing wilayah kerja,” jelas Hakam.
Turunnya kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan pun berpengaruh pada meningkatnya kasus, seperti di Semarang Barat, Pedurungan, Tembalang, Ngaliyan, dan Banyumanik.
“Itu top five secara bergantian. Kalau protokol kesehatan bagus, sebaran kasus pasti tidak tinggi. Daerah-daerah itu memang angka protokol kesehatannya turun. Selain itu mobilitas di daerah itu tinggi,” jelasnya.
Hakam menambahkan, hingga saat ini klaster keluarga masih mendominasi. Bahkan satu keluarga bisa sampai menyumbangkan 10 kasus. Selain klaster keluarga, kenaikan kasus juga berasal dari satu perusahaan besar di Semarang Barat yang menyumbangkan cukup signifikan hingga sekitar 100 kasus.
“Rata-rata per minggu yang terpapar 250-300 orang. Dari beberapa kecamatan, paling banyak keluarga. Kemarin juga sempat dari perusahaan besar di Semarang Barat yang menyumbang hingga sekitar 100 orang,” terangnya.
Menurutnya, solusi untuk menekan kasus Covid-19 yaitu protokol kesehatan. Operasi yustisi harus lebih digencarkan. Hakam menegaskan, perlu adanya operasi yang masuk ke hotel, tempat gelaran pernikahan, restoran, pasar, dan warung-warung kecil.(HS)