
HALO SEMARANG – Akhir-akhir ini saat sore hari ramai anak-anak bermain layang-layang di beberapa daerah di Kota Semarang.
Saat ini bermain layangan memang menjadi hiburan tersendiri di tengah libur sekolah akibat pandemi corona.
Bermain layang-layang sangat bergantung pada cuaca, khususnya angin.
Karena layang-layang akan sulit terbang jika tidak ada angin. Pada masa perubahan musim dari musim hujan ke musim kemarau inilah biasanya angin bertiup kencang di beberapa daerah.
Maka jelang dan saat musim kemarau adalah waktu tepat untuk bermain layangan.
“Sekadar menghibur diri saat libur sekolah. Kami biasanya main layangan di sawah tiap sore hari bersama warga lain,” kata Farchan (13), warga Dadapan, Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Senin sore (15/6/2020).
“Hiburan yang murah, apalagi di masa pandemi ini. Banyak anak bosan berada di rumah,” kata Purnomo, warga lain menimpali.
Layang-layang sendiri merupakan salah satu permainan tradisional dari Indonesia. Layang-layang atau layangan, sering dimainkan oleh anak-anak di tanah lapang.
Tidak hanya anak-anak, orang dewasa dan orang tua juga ikut bermain layangan. Setiap daerah memiliki keunikan atau ciri khas tentang layang-layang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), layang-layang adalah mainan yang terbuat dari kertas, berkerangka yang diterbangkan ke udara dengan memakai tali atau benang sebagai kendali.
Namun benang layang-layang yang cukup tajam ternyata bisa membuat pengendara khususnya pengguna sepeda motor terjerat hingga menjadi korban kecelakaan.
Peristiwa itu bahkan menewaskan seorang warga Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo, yang mengendarai sepeda motor di kawasan Mojosongo, Jebres, Solo beberapa waktu lalu. Korban tersebut meninggal dunia setelah lehernya terjerat senar layang-layang di jalan.
“Korban melintas di Jalan Tangkuban Parahu dari utara. Kebetulan di sisi kiri ada orang yang bermain layang-layang yang senarnya melintang di jalan, mungkin korban tidak melihat karena tipis,” kata Kasat Lantas Polresta Solo, Kompol Afrian Satya Permadi baru-baru ini.
Instruktur keselamatan berkendara yang juga founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan, peristiwa serupa sudah sering kali terjadi di beberapa daerah. Bahkan, peristiwa itu sudah terjadi sejak lama.
Menurut Jusri, biasanya anak-anak bermain layang-layang di tanah lapang. Dan kebetulan pula, tanah lapang itu berada di sekitar jalan raya yang cukup banyak aktivitas pengendara.
Untuk itu, kepada pengendara sepeda motor yang sering melintas di area yang banyak anak-anak bermain layang-layang, disarankan untuk selalu waspada.
Pemotor juga diminta untuk mengenakan perlengkapan berkendara yang aman, paling tidak pakai helm yang menutup wajah dengan kacanya, jaket yang sampai menutup leher atau pakai balaclava/buff yang menutupi leher.(HS)