
DUSTIN Poirier secara mengejutkan sukses mengalahkan Conor McGregor di ajang UFC 257. Meski tak banyak yang menjagokan akan menang di ronde awal, Dustin Poirier mampu menuntaskan pertarungan di ronde kedua.
Conor McGregor dibuat TKO, setelah dihajar permainan atas bertubi-tubi.
Suatu balas dendam sempurna dari Poirier yang membayar kekalahannya dulu dari McGregor di tahun 2014 silam. Hal ini tentu tidak diinginkan McGregor.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekalahan The Notorious, julukan McGregor. Ini merupakan analisis dari berbagai sumber termasuk melihat video laga:
Perubahan Gaya
Salah satu faktor kekalahan McGregor adalah perubahan gaya bertarung saat menghadapi Dustin Poirier. McGregor yang biasa bermain dengan gaya fighter dengan kuda-kuda karate, kali ini mengubah gayanya bak seorang petinju, dengan banyak mengandalkan pukulan.
McGregor yang biasa menggunakan teknik karate stand mengubah gayanya menjadi boxing stand, yang membuatnya lebih mudah ditendang.
Dimungkinkan perubahan gaya ini karena McGregor juga sedang mempersiapkan diri untuk bertanding tinju dengan petinju Filipina, Manny Pacquiao.
Bahkan Conor McGregor, langsung mengarahkan fokus kepada petinju Filipina, Manny Pacquiao, pasca-menelan kekalahan pada UFC 257.
Perubahan gaya ini membuat dia tak seleluasa biasanya dalam bertarung. Meski sempat dominan di ronde awal, petarung asal Irlandia ini sangat mudah diserang, khususnya dengan tendangan.
Psywar
Conor McGregor dikenal sebagai sosok petarung yang gemar psywar di media sosial maupun jelang pertandingan.
Cara ini ternyata dalam beberapa laga sangat ampuh untuk membuat lawan emosi, dan kehilangan fokus untuk menerapkan strategi di atas oktagon.
Bicara soal petarung yang selalu buat emosi lawan sebelum pertarungan, nama Conor McGregor memang pantas disebut sebagai yang nomor satu. Hampir seluruh pertarungannya, Mcgregor selalu melempar psy-war sejak jauh hari.
Bagi calon lawan Mcgregor, diserang secara mental sudah harus siap diterima. Namun strategi ini tak diterapkannya jelang lawan Dustin Poirier.
McGregor berubah drastis menjadi sosok yang santun, sikap yang jarang terlihat di laga-laga sebelumnya. Hal ini membuat Dustin Poirier seakan bisa fokus dalam menerapkan strategi pertarungannya, karena nyaris tak ada emosi dan dia bertarung dengan efektif-tenang tak seperti laga sebelumnya yang membuat dia kalah dari McGregor tahun 2014 lalu.
Serangan Bawah
Salah satu faktor lain kekalahan McGregor adalah ketidak siapannya ketika menghadapi taktik Dustin Poirier dengan melakukan takedown. Padahal selama ini keduanya dikenal sebagai petarung fighter.
Namun hal itu bukan momen kunci untuk menaklukkan McGregor. Menurut statistik UFC, Conor McGregor dan Dustin Poirier memiliki rata-rata strikes (serangan dari tangan dan kaki seperti tendangan, pukulan dan sikutan) yang nyaris sama.
Rata-rata strikes yang dilepaskan Dustin Poirier per menit mencapai 5,74 dengan akurasi 50,3 persen.
Di sisi lain, rata-rata strikes per menit Conor McGreror adalah 5,43 dengan akurasi 49,4 persen.
The Diamond, julukan Dustin sempat dua kali melakukan serangan bawah yang membuat McGregor sempat kewalahan.
Tendangan Betis
Namun dari beberapa strategi itu, tendangan yang mengarah ke kakilah kunci serangan yang membuat McGregor yang selama ini tangguh di pertarungan atas, harus menyerah atas Dustin.
Tercatat Dustin melakukan tendangan betis sebanyak 18 kali, yang mengarah ke kedua kaki McGregor.
Tendangan betis merupakan salah satu jurus yang efektif di pertarungan MMA. Jurus yang mungkin tidak terlihat keren tetapi begitu mematikan.
Salah satu petarung lain yang pernah merasakan keganasan jurus ini adalah Sean O’Malley. Jagoan baru UFC ini harus kalah TKO pada ronde pertama dari Marlon Vera dalam duel kelas bantam, Agustus 2020 lalu.
Catatan sempurna Sean O’Malley sebagai bintang baru UFC yang sebelumnya punya rekor 12-0 pun rusak menyusul kekalahan dari Marlon Vera yang terus melakukan serangan ke bagian betis bawah, dan membuat petarung berjuluk Sugar ini kesulitan berdiri.
Selepas duel, Conor Mcgregor mengakui kalau betisnya di kaki kanan yang dihajar Dustin Poirier sampai mati rasa.
McGregor sampai harus menggunakan tongkat untuk berjalan usai laga.
“Kaki saya mati rasa. Dustin adalah petarung yang luar biasa. Selamat untuknya,” kata McGregor seperti dari ESPN.
Lain sisi Dustin Poirier mengungkapkan, kalau dirinya hanya bermain sederhana. Poirier melepas serangan bervariasi yang tidak cuma bermain boxing.
“Saya melakukan gulat, boxing, dan menghajarnya dengan tendangan betis. Saya cuma melakukan apa yang harus petarung MMA lakukan dan membuatnya kesulitan mengembangkan permainannya,” terang Poirier.
Bahkan Conor McGregor kini menghadapi penangguhan karena alasan medis berupa larangan bertarung enam bulan seusai dikalahkan Dustin Poirier.
Dikutip dari situs MMA Junkie, waktu anjuran keras untuk tak bertarung karena alasan medis itu baru dipastikan setelah hasil rontgen x-ray tibia (tulang kering kaki) serta fibula (tulang penyangga kecil di belakang tibia) kaki kanan Conor McGregor keluar.
Terkait kekuatan tendangan Dustin Poirier, pelatih tim Conor McGregor, John Kavanagh sudah memberikan keterangan.
John Kavanagh menyebut Conor McGregor sebenarnya sudah mengantisipasi tendangan Dustin Poirier dengan melakukan simulasi saat pemusatan latihan.
Meski demikian, John Kavanagh mengaku terkejut dengan dampak dari kekuatan tendangan Dustin Poirier.
“Fakta bahwa Dustin Poirier akan menyerang dengan tendangan (ke arah betis) tidak terlalu mengejutkan kami. Kami semua sudah mempersiapkannya,” kata Kavanagh dikutip dari situs ESPN.
“Kami sudah berdiskusi mengenai tendangan itu saat pemusatan latihan. Di tempat latihan, lawan sparring tentu tidak mungkin menendang dengan kekuatan besar,” ucap Kavanagh.
“Anda pasti juga memakai pelindung kaki ketika latihan. Jadi, itu seperti membangun kepercayaan diri yang palsu. Sebab, saat pertarungan Anda tidak lagi menggunakan bantalan untuk melindungi tulang kering,” ujar Kavanagh.
“Seperti yang saya katakan, kami tidak terkejut dengan tendangan Dustin Poirier. Namun, kami sangat terkejut dengan keefektifan teknik itu. Kami terkesima karena teknik itu sangat dahsyat,” tutur Kavanagh menambahkan.
“Pada ronde pertama, McGregor berhasil unggul. Saya mengira pertarungan itu akan berjalan panjang. Namun, Conor McGregor kemudian mendapatkan tendangan itu,” ujar Kavanagh.(HS)