
HALO SEMARANG – Pedagang Pasar Johar yang kini masih menempati tempat relokasi di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) masih menunggu kepastian Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terkait pemindahan pedagang ke pasar yang baru.
Untuk menunggu kepastian tersebut, sebagian masih ada yang tetap membuka lapak di tempat relokasi, sebagian lagi ada yang beralih profesi sebagai pedagang dengan mobil keliling.
”Banyak yang beralih profesi, ada yang jadi gojek daring, kuli bangunan, maupun pedagang keliling seperti saya. Saya berjualan dengan mobil keliling karena di Relokasi Pasar Johar kurang laku dagangannya, sepi pembeli. Sementara ada kebutuhan harian yang harus dicukupi,” ujar Robert, Ketua Paguyuban Pedagang dan Jasa (PPJ) Pasar Johar, Jumat (7/2/2020).
Robert berharap agar proses relokasi kembali pedagang ke kompleks Pasar Johar bisa segera direalisasikan Pemkot Semarang. Dia bersama sejumlah pedagang yang tergabung dalam PPJ Pasar Johar telah mendatangi Dinas Perdagangan Kota Semarang. Untuk meminta kejelasan terkait relokasi kembali pedagang.
”Kami sebenarnya Senin (3/2/2020) sudah ke dinas. Mereka mengatakan belum ada mandat untuk merelokasi kembali pedagang. Kemungkinan dalam waktu dekat ini, akan ada rapat terkait penataan pedagang di Kompleks Pasar Johar,” terang dia.
Sementara Assisten Ekonomi Kesra Pembangunan, Widoyono mengatakan, Pemkot Semarang telah mengumpulkan pedagang untuk menampung aspirasi maupun keluhan mereka. Pihaknya juga menanyakan keinginan pedagang untuk pindah bersama atau secara bertahap, mengingat Johar Utara dan Tengah sudah rampung dibangun oleh Kementrian PUPR.
“Kami tanyakan mau segera diisi atau menunggu Johar Selatan dan Kanjengan. 95 persen pedagang ingin pindah bareng-bareng,” papar Widoyono.
Lebih lanjut, Widoyono menuturkan, aspirasi pedagang akan ditampung. Pihaknya pun akan terus berkomunikasi dengan pedagang, Kementrian PUPR, dan Provinsi Jawa Tengah terkait rencana pembangunan untuk Johar Selatan dan Kanjengan. Rencananya, Johar Selatan tersebut akan diselesaikan oleh Kementrian PUPR melalui anggaran APBD tahun 2021. Sedangkan Kanjengan segera menyusul setelahnya.
Adapun jumlah pedagang secara keseluruhan di kawasan Johar, Widoyono menyebutkan ada 7.915 pedagang. Data tersebut merupakan data Oktober 2019. Sementara, Tim KKB PUPR merekomendasikan jumlah pedagang yang bisa masuk dalam pasar maksimal 60 persen dari jumlah semula. Karena itu, penataan pedagang perlu diatur mengingat daya tampung yang sekarang berbeda.
Dia menyebutkan, semula Johar Utara ada 1.149 pedagang. Adapun yang bisa kembali masuk hanya 419 pedagang. Sementara Johar Tengah semula ada 1.200 pedagang sedangkan yang bisa masuk hanya 814 pedagang. Apalagi, Johar Tengah merupakan cagar budaya sehingga nantinya ada standar operasional tersediri.
“Semisal lapak tidak boleh dipaku, kabel harus tertata rapi, dan tidak kumuh. Sehingga, kami masih akan terus komunikasi dengan pedagang maupun Pemerintah Pusat,” tambahnya.(HS)